Untuk menggunakan sutau bahan sebagai
bahan pakan, maka bahan tersebut seaiknya dievaluasi terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan campuran ransum atau sebagai bahan ransum. bbehh, mante gak tuuh, pakan buat ternak aja harus dievaluasi terlebih dahulu. iyalah karena ini berhubungan dengan kuualitas produksi si ternaknya itu nanti. jadi baut kamu,, kamu,, dan kamuu yang sering ngemil pake upil, kurang-kurangin yahh, masa ternak aja harus makan pakan yang berkualtas sedangkan kamu hanya nyomotin upil tiep hari.
Penggunaan suatu bahan pakan sebagai
pakan disesuaikan dengan anatomi alat pencernaan ternak yang mau diberi makan.
Oleh sebab itu, bahan pakan harus betul-betul dievaluasi dengan baik agar
ternak dapat memanfaatkan pakan tersebut secara efisiensi.
Jenis evaluasi yang dapat dilakukan
adalah evaluasi secara fisik, biologis, dan ekonomi. Diamping evaluasi
tersebut, perlu juga dlakukan survey ketersediaan bahan pakan sepanjang tahun
dan lokasi sumber bahan pakan tersebut.
5.1
Evaluasi Secara Fisik
Evaluasi
secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara makro dan mikro.
Evaluasi secara makro diidentifikasi mengenai struktur, warna, dan rasa dari
bahan tersebut. Hal tersebut dilaksanakan, karena erat hubungannya dengan
palatabilitas ternak dan daya cerna. Evaluasi secara mikro dilaksanakan dengan
cara menggunakan alat microskop. Dengan menggunkan mikroskop dapat dibedakan
partikel berbagai bahan waluapun telah digiling secara halus. Dengan
menggunakan mikroskop dapat dideteksi adanya pemalsuan mengenai bahan pakan.
Mislanya, pemalsuan dedak halus dapat diketahui dengan menambahkan sekam yang
telah digiling halus.
Demikianlah
pula, pemlasuan tepung darah dapat diketahui dengan menambhakan tepung arang.
Pemalsuan suatu ransum dapat diketahui dengan penambahan urea dalam ransum.
Bila ransum tersebut dianalisis menggunakan
cara keidah maka akan didapatkan bahwa ransum tersebut memiliki
kandungan protein yang tinggi, tetapi ternak yang mengkonsumsi ransum tersebut,
utamanya monogastrik tidak akan menghasilkan petumbuhan yang baik disebabkan
karena adanya penambahan urea dalam ransum. Pemalksuan tersebut dapat dengan
cepat diketahui bila ransum terebut dievaluasi secara mikroskopis.
5.2
Evaluasi Secara Kimia
Adanya
beberapa metode yang dilakukan untuk mengtahui atau mengevaluasi kandungan
zat-zat makanan dalam suatu bahan pakan. Untuk mengetahui kandungan zat-zat
tersebut, telah dikenal berbagai metode sebagai berikut :
5.2.1
Metode Proksimasi Analisis (Proximate Analysis)
Penggunaan
metode ini untuk mengetahui secara kasar mengenai kandungan air, bahan kering,
kandungan protein kasar, serat kasar, mineral dan bahan ekstra tiada N (BETN).
Penggunaan metode ini memiliki beberapa kelemhan seperti hasil analisis
kandungan protein. Dalam proses analisisnya, yang dianalisis adalah kandungan
Nitrogen (N) kemudian kadar N dikalikan dengan faktor 6,25. Fakto 5,25 ini
berasal dari esensi bahwa kadar Nitrogen (prosentase N) pada berbagai protein
bhawa pakan adalah rata-rata 16%. Oleh sebab itu, bila mengetahui kadar
Nitrogen suatu bahan pakan, maka otomatis dapat menghitung kandungan proteinnya
dengan mengalikan faktor 6,25. Faktor 6,25 berasal 100/6 = 6,25. Jadi bila
kadar N 2% maka kadar protein bahan tersebut adalah 2% x 6,25 = 12,5%.
Kelemahan metode ini adalah bahwa tidak semua zat yang mnegandung N adalah
protein. Oleh sebab itu, dalam mengkalkulasikan kadar protein ransum dengan
menggunakan kadar protein analisis kheidal dapat terjadi over estimate.
Hal
yang lain adalah penentapan kadar lemak. Dengan metode ini diasumsikan bahwa
kadar tersebut adalah kadar lemak yangb mengandung kalori sebesar 9,45 kcal.
Padahal kenyataanya lemak kasar tersebut bergabung dalam berbagai bentuk lemak.
Demikian pula, mengenai bahan ekstra tiada N (BETN). Kadarnya diperoleh setelah
bahan kering dikurangi dengans serat kasar, protein kasar, lemak kasar dan
kandunga abu atau mineral. Apabila
terjadi over estimate atau under estimate pada bahan pengurangan maka kadar
BETN tentu pula tidak terlalu tepat yang diperoleh dari metode proximate analysis. Penentuan kadar serat
kasar dapat pula terjadi over estimate atau under estimate sebab pada dasarnya
analisisnya diasumsikan bahwa bahan yang ditempatkan pada daerah asam kemudian
ditempatkan pada daerah basa, semua substrat yang tidak tercerna adalah serat
kasar. Hal ini dilakukan oleh “Weendy” yang meniru keadaan pencernaan pada
manusia, bahwa bahan dicerna pada lambung dalam keadaan asam sedangkan
pencernaan yang terjadi di usus halus adalah dalam keadaan basa, zat yang tidak
tercerna disebutnya sebagai serat kasar.
5.2.2
Metode Van Soest
Van Soest
mencoba melakukan analisis bahan pakan untuk tanaman terutamanya rumput dan
leguminosa. Pada prinsipnya Van Soest membagi atau memisahkan antara dinding
sel dan isi sel tanaman. Dinding sel dibagi dua bagian yaitu, bagian pertama
termasuk tidak mempunyai nilai gizi dan bagian kedua nilai gizi. Evaluasi
dengan metode Van Soest pada dasrnya menggambarkan bahwa tanaman rediri atas
sel apabila tanaman bertambah tua, maka dinding selnya akan menebal dan dalam
proses penebalan dinding sel tersebut dipengaruhi oleh adanya campur tangan
lignin. Hal inilah yang menyebabkan makin tua tanaman makinsulit dicerna
dinding tanaman tersebut. Tetapi untuk ternak ruminansia dan ternak bercaecum
besar seperti kuda, dinding sel tanaman yang menebal tersebut dapat dicerna
krean dinding sel tersebut terdiri atas Sellulose dan Hemisellulose. Sellulose
dan Hemisellulose dpat dicerna karena adanya enzim yang dihasilkan oelh
mikroorgainsme dalam rumen dan caecum tetapi pada caecum pencernaan sellulose
dan hemisellulose tidak seefektif dengan di rumen. Sellulose dapat diurai
menjadi sellobiose dan selanjutnua sellobiose dapat diurai menjadi dua glucose.
Hemisellulose dapat diurai menjadi xylose, glucose galactose dan arabinose.
Dengan demikian, sellulose dan hemisellulose dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi ternak ruminansia maupun pada kuda.
5.2.3
Metode Amino Acid Analyzer
|

|
![]() |
G
Pentingnya mengetahui kandungan
asam-asam amino adalah untuk mengtahui secara kuantitatif kandungan asam amino
essensialnya dan kandungan asam amino non-essensialnya. Sebab pada umumnya
asam-asam amino esensial tidak dapat disintesa dalam tubuh ternak monogastrik.
5.2.4
Metode Bom Calorimeter
Metode itu
digunakan untu mengetahui kandungan energi suatu bahan yang dianalisis.
Berdasarkan literatur, energi yang dihasilkan oleh satu perubahan ATP menjadi
ADP adalah 11 calori dalam astu molekul glucose dapat menghasilkan 38 ATP.
Secara umum kandungan energi karbohidrat adalah 4,15 kcal/gr, lemak 9,40
kcal/gr dan protein 5,65 kcal/gr. Dengan demikian lemk mengandung 2½ kali lipat
energi per berat dibanding dengan karbohidrat dan protein.
Kilo kalori (Kcal)
adalh jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur satu kilogram
air dari temperatur 14,5ºC menjadi 15,5ºC. Energi yng terdapat pada suatu bahan
pakan dalam bentuk karbohidrat, protein dan lemak. Hal terebut dapat terjadi
karena adanya proses photosintesis pada daun tanaman yang merubah energi cahaya
matahari dalam bentuk gelombang menjadi energi kimia yang tersimpan dalam
bentuk karbohidrat, protein dan lemak. Energi yang dikandung dalam suatu bahan
pakan atau ransum disebut gross energi atau total energi. Total energi ini
kemudian dimakan oleh ternak dan dicerna. Hasilnya akan emjadi energi tercerna
dan energi tidak tercerna. Energi tidak tercerna ini akan keluar dalam bentuk
kotoran. Sedangkan energi tercerna akan mngalami proses energi terserap dan
energi tidak terserap. Energi terserap akan menjadi energi metabolik dan energi
yang keluar dalam bentuk urine.
Dari
energi metabolik akan menjadi energi tersimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak,
daging, bulu atau glicogen atau dalam bentuk lain yang apabila ternak tersebut
menghasilkan susu, daging, telur tau tenaga maka energi tersebut akan
dimanfaatkan bila ada dalam bentuk net energi.
5.2.5
Metode “Atomic Absorbtion”
Metode ini
menggunakan untuk menganalisis berbagai mineral, baik mineral makro amupun
mineral mikro.
5.2.6
Analisis Kandungan Vitamin
Analisis
kandugan vitamin dilakukan untuk mengetahui kandungan vitamin satu bahan
makanan, baik vitamin yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak.
Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K
5.2.7
Analisis Kandungan Berbagai Zat Anti Nutrisi
Analisisi
ini dilakukan untuk menjadi suatu pertimabang dalam menyusun suatu ransum untuk
ternak.
5.
3 Evaluasi Secara Biologi
Evaluasi suatu
bahan pakan atau ransum dapat dilakukan secara biologi untuk mengetahui
palatabilitasnya, daya cernanya, daya serap, angka manfaat, dan nilai tinggal
suatu zat makanan.
5.3.1
Palatabilitas
Palatabilitas
adalah daya kesukaan ternak terhadap suatu bahan pakan atau ransum.
Palatabilitas ditentukan oleh kualitas bahan tersebut atau kebiasaan ternak
terhadap bahan atau ransum. Palatabilitas diasosiasikan dengan jumlah pakan
yang dimakan atau dikonsumsi (feed intake). Konsumsi atau feed intake dapat
dihitung dari pakan yang ditawarkan dikurangi dengan pakan yang tersisa.
KP = PYT – PS
Keterangan :
KP = Konsumsi
Pakan
PYT = Pakan yang ditawarkan
PS = Pakan
Sisa
5.3.2
Daya Cerna
Evaluasi daya
cerna dapat dilakukan dengan berbagai metode. Daya cerna dapat dipengaruhi
dengan kemampuan ternak memotong atau mengunyah pakan. Keadaan fisik dan kima
pakan dan ketrsediaan enzim untuk memutuskan rantai-rantai zat pakan dalam
proses pencernaan. Pencernaan pakanpada ternak ruminansia berbeda dengan ternak
monogastrik seperti unggas dan babi. Pada ternak ruminansia dan pada ternak
kuda dapat mecerna bahan pakan yang mempunyai serat kasar yang tinggi yang
dalam bentuk sel yang menebal yang dibangun oleh sellulose dan hemisellulose.
Pada ternak ruminansia dan kuda
dapat mencerna bahan rumput atau leguminosa atau hasil ikutan pertanian yang
dibangun oleh sel yang berdinding tebal. Hal itu disebakan oleh karena pada
rumen ternak ruminansia dan pada caecum tenak kuda berkembang berbagai
mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim yag dapat memutuskan rantai
pengikatyang terdapat pada sellulose dan hemisellulose.
Sebenarnya sellulose dibangun oleh
sellubiose. Sellubiose dibangunoleh dua molekul glucose yang mempunyai ikatan
hubungan Beta 1,4. Ikatan Beta 1,4 hanya dapat diputuskan oleh enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, biasa dikatakan bahwa sellulose
sulit dicerna. Karena hanya dapat dicerna pada alat pencernaan ruminansia dan
caecum kuda yang memelihara mikroorganisme. Sedangkan pada maltose yang juga
dibangun oleh dua molekul glucose tetapi terikat dalam hubungan Alfa 1,4. Hal
ini disebut mudah dicerna sebab enzim yang dapat memutuskan hubungan Alfa 1,4
tersebut pada umumnya dihasilkan oleh alat pencernaan monogastrik. Pada bahan
pakan yang dibangun oleh sell, enzim terlebih dahulu mencerna dinding sel baru
dapat mencerna zat-zat yang ada pada isi sel. Proses pencernaan sebenarnya
adalah penguraian bahan pakan menjadi zat-zat makananseperti karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral kemudian zat-zat tersebut diurai lagi menjadi
lebih kecil agar dapat masuk ke aliran darah dan disebarkan keseluruh tubuh
ternak. Seperti karbohidrat menjadi monosacharida, protein menjadi asam-asam
amino, lemak menjadi asam-asam lemak, demikian pula pada vitamin dan mineral.
5.3.3
Penyerapan
Penyerapan adalah proses dimana zat
hasil pencernan ditransfer dari rumen alat pencernaan ke darah atau lymph. Zat
yang diserap dibawa ke jaringan tubuh untuk degradasi, proses pembentukan atau
untuk disimpan. Proses penyerapan dikenal ada tiga, yaitu : (1) Secara pasive,
(2) dengan media carrier (carrier-mediated transport), (3) proses pinocytosis
(transpor mater yang ada di lumen dalam vacuola ke mucoza sel).
5.3.4
Angka Manfaat
Angka manfaat
merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui berapa besar zat pakan yang
dicerna dan diserap dapat dimanfaatkan untuk kepentingan metabolisme,
pertumbuhan dan untuk reproduksi dan produksi. Setiap kandungan zat pakan dari
berbagai bahan pakan mempunyai angka manfaat yang berbeda. Mislnya protein
hewan dapat mencapai ngka manfaat 90% tetapi protein bakteri hanya mempunyai
angka manfaat sebesar 60%. Berdasaekan fakta ini maka dalam menyusun ransum
angka manfaat dari zat pakan berbagai bahan pakan sebaiknya menjadi
pertimbangan.
5.4
Evaluasi Secara Ekonomi
Pakan yang diberikan kepada ternak
yangdikelolasecara orientasi laba (profit oriented) harus dievaluasi secara
ekonomi. Artnya, apakah pakan tersebut dapat dirubah menjadi produk yang dapat
memberikan keuntungan. Ada beberapa parameter (teslok ukur) yang dapat
digunakan dalam menilai suatu ransum secara ekonomi, diantaranya adalah :
5.4.1
Perubahan Pakan (Feed Conversion)
“Feed Conversion” artinya beberapa
kilogram pakan yang dibutuhkan oleh suatu ternak dalam menghasilkan satu
kilogram berat badan. Apabila “feed conversion” bernilai 2 artinya ternak
tersebut membutuhkan 2 kilogram ransum untuk menghasilkan satu kilogram
pertambahan berat badan.
5.4.2
Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan adalah jumlah
produksi yangdihasilkan dibagi dengan bahan baku (ransum) dikalikan dnegan 100%
atau pertambahan berat badan dibagi dengan jumlah pakan yang dimakan dikalikan
dengan 100%. Itulah tatacara menghitung efisiensi pakan. Misalnya pertambahan berat
badannya 0,5 kg dengan mengkonsumsi 2 kg
pakan maka efisiensi pakannya adalah :
0,5 X 100% = 25%
2
0 komentar:
Post a Comment