Tugas Individu
Imu
Reproduksi Ternak
CARA MENDETEKSI
KEBUNTINGAN
DAN
PROSES KELAHIRAN
AWAL REZKI AWAN
I 111 11 010

FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
CARA
MENDETEKSI KEBUNTINGAN DAN PROSES KELAHIRAN
·
CARA MENDETEKSI KEBUNTINGAN
Kebuntingan adalah
periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. kebuntingan
berarti keadaan anak sedang berkembang didalam uterus seekor hewan. Kebiasaan peternak, periode kebuntingan pada umumnya dihitung mulai dari hari pertama
perkawinan.
Tujuan lain dalam
melakukan diagnosa kebuntingan sedini mungkin adalah untuk menghindari :
anestrus berkepanjangan yang diakibatkan oleh gangguan fungsi atau penyakit di
dalam ovarium dan uterus seperti :hypofungsi, cystic ovarium yaitu kista CL,
luteal cyst dan kista folikel ataupun pyometra, dimana semuanya dapat menutupi
gejala kebuntingan. Jika gangguan fungsi atau penyakit di atas dapat
dikendalikan sedini mungkin, maka reproduktifitas tetap diharapkan seoptimal
mungkin.
Deteksi kebuntingan
merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk mengetahui bunting
atau tidaknya seekor sapi atau untuk mengetahui normal tidaknya saluran
reproduksi ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan ini juga merupakan salah
satu cara untuk memonitor dan membuktikan basil Inseminasi Buatan secara cepat
dan layak. Siklus berahi yang dipergunakan sebagai dasar diagnosa hasil IB
adalah berkisar antara 28-35 hari. Pemeriksaan kebuntingan sebaiknya dilakukan
setelah 60 hari pasca Inseminasi Buatan, dikhawatirkan terjadi keguguran.
Tujuan Pemeriksaan Kebuntingan:
Pemeriksaan kebuntingan
pada sapi ini memiliki suatu tujuan, diantaranya yaitu:
1.
Untuk menentukan bunting tidaknya sapi
sedini mungkin
2.
Untuk mengetahui adanya kelainan di
saluran reproduksi yang dapat menjadi penyebab sapi sulit bunting
3.
Untuk meningkatkan efisiensi manajemen
peternakan melalui identifikasi sapi yang tidak bunting dapat segera dikawinkan
kembali dengan penundaan waktu seminimal mungkin.
4.
Mengindentifikasi ternak yang tidak
bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang
karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat.
5.
Sebagai pertimbangan apabila ternak
harus dijual atau di culling
6.
Untuk menekan biaya pada breeding
program yang menggunakan teknik hormonal yang mahal
7.
Membantu manajemen ternak yang ekonomis
Tanda-Tanda Kebuntingan pada Sapi
Beberapa tanda-tanda
yang yang ditemui pada sapi yang mengalami kebuntingan diantaranya sebagai
berikut:
1. Tidak
ada tanda-tanda berahi
2. Adanya
pembesaran abdomen pada 1/3 bagian bawah kanan pada
kebuntingan
mendekati 3 bulan (pada kuda : awal kebuntingan dua bulan).
3.
Pada kebuntingan umur 5 bulan, massa otot di daerah Fossa Para Lumbal
melegok sekali karena
relaksasi Ligamentum Sacro Illiaca.
4.
Predisposisi atau Penggemukan
5.
Akhir kebuntingan : pada sapi dara kelenjar ambing volumenya meningkat.
6.
Adanya Fremitus : Arteria Uterina Media
7.
Pada umumnya : Sapi Betina bunting karakternya tenang
Hewan yang mengalami
masa kebuntingan akan menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai
berikut:
1. Vulva dan vagina
Setelah kebuntingan
berumur 6 sampai 7 bulan pada sapi dara akan terlihat adanya eodema pada
vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin jelas edema vulva ini. Pada sapi yang
telah beranak, edema vulva baru akan terlihat setelah kebuntingan mencapai 8,5
sampai 9 bulan.
2. Serviks
Segera setelah terjadi
fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjar-kelenjar serviks. Kripta-kripta
menghasilkan lendir yang kental semakin tua umur kebuntingan maka semakin
kental lendir tersebut.
3. Uterus
Perubahan pada uterus
yang pertama terjadinya vaskularisasi pada endomertium, terbentuk lebih banyak
kelenjar endometrium, sedangkan kelenjar yang telah ada tumbuh lebih panjang
dan berkelok-kelok seperti spiral.
4. Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion
dan allantois selama kebuntingan juga mengalami perubahan. Perubahan yang
pertama adalah volumenya, dari sedikit menjadi banyak; kedua dari
perbandingannya. Hampir semua spesies, cairan amnion menjadi lebih banyak dari
pada volume cairan allantois, tetapi pada akhir kebuntinan cairan allantois
menjadi lebih banyak.
5. Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi,
terjadilah kawah bekas folikel. Kawah
ini segera dipenuhi oleh darah yang dengan cepat membeku yang disebut corpus
hemorrhagicum. Pada hari ke 5 sampai ke-6 korpus luteum telah terbentuk.
Metode pemeriksaan kebuntingan
diantaranya adalah:
1.
Non Return to Estrus
Selama kebuntingan,
konseptus menekan regresi corpus luteum (CL) dan mencegah hewan kembali estrus.
Oleh sebab itu, apabila hewan tidak kembali estrus setelah perkawinan maka
diasumsikan bunting.
2.
Eksplarasi Rektal
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan
yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi.
Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba
pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus. Teknik
ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30 hari.
3.
Ultrasonography
Merupakan alat yang
cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak
secara dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya perubahan di
dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan
ukuran dari cornua uteri. Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan
operator yang terlatih untuk dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada
monitor.
4.
Diagnosa Imunologik
Teknik Imunologik untuk diagnosa
kebuntingan berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal dari
konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin dan air
susu.
5.
Metode Punyakoti
Metode punyakoti adalah sebuah metode
deteksi kebuntingan ternak sapi dengan menggunankan urine. Metode ini hampir
sama dengan uji kebuntingan modern pada manusia menggunakan HCG dari urine
sebagai senyawa yang menentukan kebuntingan. Pada uji Punyakoti, ada senyawa
lain yang menyusun urine yang digunakan untuk menentukan kebuntingan baik pada
manusia maupun sapi (ruminansia). Selain urea dan asam urat yang dikeluarkan
oleh urine sapi, bagian terpenting yang menentukan dalam uji Punyakoti ini
adalah hormon tumbuhan yang disebut abscisic acid (ABA). Sedangkan hormon
progesteron dan estrogen yang tergandung dalam urine tidak mempengaruhi uji
ini.
6.
Diagnosa Kebuntingan berdasarkan konsentrasi hormon
Pengukuran
hormon-hormon kebuntingan dalam cairan tubuh dapat dilakukan dengan metoda RIA
dan ELISA. Metoda-metoda yang menggunakan plasma dan air susu ini, dapat
mendiagnosa kebuntingan pada ternak lebih dini dibandingkan dengan metoda
rectal.
·
PROSES KELAHIRAN
Partus adalah suatu
proses kelahiran yang dimulai dengan pelunakan dan dilatasi awal dari cervix
bersamaan waktunya dengan dimulainya kontraksi uterus dan berakhir ketika fetus
dan membran plasentannya dikeluarkan.
A. Tanda-tanda Mendekati Kelahiran
1.
Pelvis
Tanda-tanda mendekati
kelahiran dapat dilihat selama bulan terakhir kebuntingan seperti rotasi posisi
kebuntingan, pertumbuhan kelenjar mammae, perluasan pelvis, vulva akn jadi
lunak dan membengkak, ada mucus serta mencari tempat sembunyi (sapi) dan
membuat sarang pada babi.
2.
Vagina dan Vulva
Setelah kandungan berusia kurang lebih 5
bulan, induk kambing biasanya menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya.
Tanda-tanda umum adalah sebagai berikut:
-
Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan
kaki depan ke lantai kandang/tanah sambil mengembik-embik.
-
Vagina berlendir dan memerah disertai
dengan mencekungnya pinggul atas.
sering memperhatikan
bagian belakangnya sambil mengembik.
-
Proses kelahiran biasanya dilakukan
dalam posisi induk terbaring.
-
Vulva Basah dan Berdilatasi, serta
keluar cairanALLANTOIS dari vagina.
-
Kebuntingan pada sapi terjadi selama
275-285 hari dengan rata-rata 280 hari.
B. Inisiasi Kelahiran
Inisiasi Kelahiran Fetus:
Fetus bertanggung jawab terhadap
inisiasi partus pada hewan domestik. Hal tersebut dimungkinkan akibat dari
peningkatan ukuran fetus yang cepat, meningkatnya masalah pertukaran antara zat
sisa dengan nutrisi melalui plasenta, perkembangan gerak aktif anggota gerak
dan paru-paru fetus, atau dapat disebabkan oleh stres fetus akibat plasenta
tidak mampu lagi menyuplai kebutuhan dan tuntutan fetus.
Progesteron yang dihasilkan
corpora lutea di ovarium konsentrasinya tinggi selama kebuntingan. Fungsinya
mencegah kontraksi myometrium uterus dan mencegah pengeluaran fetus. Akan
tetapi, dua minggu sebelum kelahiran, estrogen dan relaxin berangsur-angsur
meningkat, sedangkan progesteron menurun. Relaxin meningkat dalam darah sekitar
10-14 hari pada akhir masa gestasi. Ini diduga menyebabkan dilatasi cervix,
distensi pelvis, pertumbuhan mamae, dan menghambat kontraksi uterus.
Mekanisme induksi kelahiran
dimulai dengan pelepasan hormon ACTH yang berasal dari otak fetus setelah
mencapai tahap perkembangan. Hormon ini menyebabkan reaksi cascade sehingga
terjadi pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal fetus, yang menginduksi
pelepasan estron dan estradiol dari plasenta, yang kemudian menstimulasi uterus
untuk melepaskan prostaglandin yang menyebabkan regresi corpus luteum dan
menghentikan produksi progesteron. Kira-kira 1-2 hari sebelum kelahiran
konsentrasi progesteron mulai turun dalam sirkulasi. Pelepasan relaxin terjadi
dalam 2-3 gelombang antara 44-26 jam sebelum kelahiran dan puncaknya pada 14-22
jam dan kemudian turun sebelum keluarnya genjik pertama. Baik estrogen dan
relaxin menyebabkan perubahan cervix yang membuat saluran kelahiran membuka.
Kurang dari 10 jam, estrogen dalam darah meningkat dengan cepat, dan kurang
dari 9 jam otot uterus mulai kontraksi. Pada waktu yang sama, prostaglandin
dibawa ke pituitari anterior dan menyebabakan pelepasan oksitosin ke dalam
pembuluh darah. Oksitosin meningkat 9-4 jam sebelum kelahiran genjik pertama
dan puncaknya selama genjik dikeluarkan. Prostaglandin dalam darah juga
meningkat selama pengeluaran fetus. Pada kelahiran alami, oksitosin meningkat
di atas level baseline (garis dasar) yang hanya berjalan ketika nilai
progesteron dalam darah turun di bawah 10 ng/ml.
1. Mekanisme
Intra Uteri
Faktor hormonal
Fetus meregangkan
serviks terjadi rangsangan ke otak,hipotalamus, Hipofisa anterior mengeluarkan
oxytosin, Oxytosin merangsang uterus untuk memulai kontraksi . Progesteron,
menjaga kebuntingan‡ Menurun pada ahir kebuntingan,Estrogenmeningkat, oksitosin
tampil. Terjadi kontraksi urat daging uterus, Estrogen, terbentuk sejak
plasenta terbentuk. Semakin tinggi berat plasenta semakin tinggi kadar
estrogen. Bersama-sama dengan oksitosin merangsang uterusberkontraksi.
2. Mekanisme Kontrol Ekstra uteri
Terjadi Relaksasi dan
dilatasi servik, fetus mengambil postur kelahiran, kontraksi uterus terjadi dan
Chorionallantois memasuki vagina. Tahap kedua : Kontraksi uterus berlanjut,
Fetus masuk kedalam saluran peranakan, Kontraksi abdominal terjadi, Amnion
memasuki vagina dan Fetus dikeluarkan. Tahap ketiga Hilangnya sirkulasi plasenta, Pemisahan
plasenta terjadi, Kontraksi uterus dan abdominal berlanjut dan Plasenta
dikeluarkan. Pada spesies politokus, tahap pertama kelahiran diikuti oleh
rangkaian kelahiran fetus tahap kedua. Hal ini kemudian bisa diikuti oleh tahap
ketiga setelah setiap tahap kedua atau keluarnya plasenta setelah kelahiran
dari satu kelompok atau semua anak.
C.
Kontraksi Uterus
-Progesetron
Pada Sapi, Progesteron
berfungsi memelihara kebuntingan. Hal ini disebabkan pada saat kebuntingan
Korpus luteum selalu ada. Kondisi ini dimungkinkan dengan konsentrasi atau
level Progesteron darah pada hari ke 150 kebuntingan dan selama beberapa saat
sebelum kelahiran tinggi, dimana Korpus luteum merupakan sumber dari
Progesteron. Selain itu pada periode tersebut, Plasenta juga memproduksi
Progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut. Dilain pihak, proses
kelahiran dipacu oleh adanya peningkatan produksi cortisol pada foetal, dan ini
akan merangsang produksi Estrogen dan Prostaglandin (PGF2a). Selanjutnya
Prostaglandin akan menyebabkan regresinya Korpus luteum (Corpus Luteum) dan
konsentrasi atau level Progesteron dalam darah akan menurun secara drastis.
Dari prinsip kerja hormon tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk
induksi kelahiran dengan menggunakan ke dua hormon tersebut yaitu penggunaan
Prostaglandin, Corticosteroid atau kombinasi ke dua hormon tersebut.
-Relaksin
Kadar estrogen,
progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat diketahui bahwa
mekanisme yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh fetus.
Kenaikan cortisol menyebabkan produksi dan pelepasan yang lebih besar dari
estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2a dari uterusPGF2a yang
menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber
utama Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan. Tampaknya kenaikan
cortisol fetus menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan
konversi Progesteron menjadi Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan
PGF2a dari uterus domba tetapi penurunan progesteronterlihat sebelum kenaikan
PGF2a. Oxytocin terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf sensoris cervix
dan vagina. Konsenjtrasi Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran
fetus. Lonjakan kecil terlihat selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2a yang
lebih besar disebabkan oleh oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk
menjelang kelahiran mungkin disebabkan oleh stres parturisi dan tidak terlibat
dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait dengan sintesis susu.
Peristiwa fisiologis
dalam kelahiran berupa dilatasi cervix dan kontraksi uterus. Dilatasi cervix
disebabkan oleh relaxin ketika bekerja sama dengan kadar estrogen yang
meningkat. Kontraksi uterus awal mungkin disebabkan oleh PGF2α ketika terlepas
dari endometrium dengan meningkatnya kadar estrogen. Hormon peptida relaxin
diproduksi oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum pada kebuntingan
awal. Relaxin juga berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran
dan mempengaruhi efisiensi kontraksi myometrium.
- Prostaglandins
Injeksi dengan dosis
standar ProstaglandinF2a selama minggu kelahiran atau dalam minggu dimana waktu
proses kelahiran telah diduga, maka kelahiran dapat diinduksi dan umumnya
kelahiran terjadi dalam waktu 48 Jam setelah injeksi Prostaglandins. Selain itu
pemberian kombinasi corticosteroid dan prostaglandin akan lebih baik karena
akan memberikan efek pada tingkat dewasa kelamin (maturasi) fetus yang
dilahirkan. Induksi kelahiran ternyata memberikan efek negatif yaitu
meningkatkan kejadian terhambatnya pelepasan plasenta. Penggunaan Prostaglandin
beberapa jam setelah kelahiran dilaporkan dapat menyebabkan terhindarnya
penghambatan pelepasan membran foetal. Yang penting untuk diketahui bahwa pelaksanaan
waktu perkawinan yang tepat akan mencegah kekahiran prematur yang erat
kaitannya dengan penurunan daya tahan fotus setelah kelahiran. Catatan
perkawinan (breeding record) adalah sangat penting diperhatikan, dimana hal ini
sangat erat hubungannya dengan faktor kebersihan lingkungan saat induk
melahirkan.
D. Proses Pengeluaran Fetus
-Fase-fase kelahiran Fasepertama
Pada umumnya fase ini
merupakan fase relaksasi dan dilatasi servik, chorionallantois memasuki vagina
dan merupakan awal kontraksi yang berkelanjutan dari uterus. Kontraksi uterus
merupakan awal dari periode relaksasi, sedangkan suplai darah fetus akan
terhenti. Otot pelvis akan mengendor dan perineum akan memanjang. Kontraksi
uterus ini belum menyebabkan uterus menjadi tegang, walaupun pergerakan fetus
kadang melewati hingga dinding abdomen. Selain beberapa kali kucing akan
kembali mencari tempat yang nyaman dan tingkah laku manja yang mulai terlihat,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fase ini yaitu, kucing akan
mencakar-cakar, yang menunjukkan bahwa kucing tersebut berusaha membuat tempat
tidur untuk menjaga anak-anaknya, dan kadang nafasnya akan terlihat
terengah-engah pada akhir fase pertama. Pengeluaran cairan dari vagina kadang
terlihat dan dijilati. Pada kucing yang baru pertama kali melahirkan, fase
pertama akan terjadi berkepanjangan, bahkan hingga 36 jam walaupun tanpa
keadaan abnormal. Fase kedua dan ketiga
Setelah relaksasi pada fase pertama, kontraksi uterus akan menjadi lebih kuat
dan lebih teratur dan mengatur gerakan fetus yang terdapat di dalamnya dan
menyesuaikan terhadap gerakan membukanya pelvis. Ketika pertama kali fetus
melalui pelvis, permukaan terluar dari membran fetus terbentuk kantung cairan
pada vulva yang mengeluarkan cairan dan biasanya akan dijilati oleh kucing.
Sedangkan permukaan terdalam melewati pelvis dan menahan cairan tersebut
sebagai cairan lanjutan yang membantu keluarnya fetus. Tekanan cairan berperan
penting dalam proses kelahiran, diantaranya membantu pelebaran servik yang
telah relaksasi dan membantu keluarnya fetus di vagina. Ketika cairan terus
membasahi vulva, kantung cairan berada pada vulva yang merupakan permulaan
fetus melewati pelvis pada posisi yang telah memutar. Selama pembentukan fetus
berada pada posisi berbaring membelakangi membran, dan saat kelahiran, kucing
sudah dalam posisi yang seharusnya.
Dalam proses ini, fetus juga berperan dalam
memutar tubuhnya. Jika fetus mati sebelum menempati pelvis, kemungkinan fetus
tidak akan berputar. Pada kasus normal, seluruh bagian kepala fetus akan
memasuki pelvis dan tekanannya menyebabkan menegangnya otot abdomen. Proses
menegangnya otot abdomen ini membantu terdorongnya fetus ke ruang pelvis. Pada
keadaan normal, awal dari fase kedua bisa terjadi dari 5 hingga 30 menit.
Ketika kepala mulai keluar dari vulva, beberapa tegangan kecil akan terjadi
saat tubuh melewati pelvis dan vulva. Fase ketiga segera terjadi setelah fase
kedua, ini juga merupakan awal dari involusi uterus, dimana bagian dari uterus
akan kembali berkontraksi dan memendek. Secara normal, korpus uterus dilewati segera setelah
masing-masing anak kucing yang keluar. Kadang-kadang anak kedua akan segera
keluar dari kornu uterus yang lain, dimana lapisan korpus akan tertahan
sebentar dan dua anak berikutnya akan keluar bersamaan. Setelah semua anak
keluar, induk akan membersihkan mulut
dan hidung anaknya, kemudian memotong umbilicus dan memakan plasenta. Stadium
kedua dan ketiga berulang hingga semua anak keluar. Selang waktu keluarnya
kucing bermacam-macam, dari 10 menit hingga satu jam. Proses kelahiran memakan
waktu yang berbeda-beda, kucing berbulu pendek biasanya memakan waktu yang
lebih singkat daripada kucing berbulu panjang, terutama kucing persia. Kucing
biasanya mempunyai rata-rata jumlah anak 4 ekor dalam sekali kelahiran.
DAFTAR
PUSTAKA
Bagus.
2011. Deteksi Kebuntingan. http://be-ef.blogspot.com/2011/10/deteksi-kebuntingan.html (Diakses pada
26 November 2013)
Felish.
2011. Kebuntingan Pada sapi. http://felishindri.
wordpress.com /2011/ 09/25/kebuntingan-pada-sapi/ (Diakses pada
26 November 2013)
Mujahid.
2012. Proses kelahiran. http://mujahidunhas.blogspot
.com/2012 /10/proses-kelahiranpartus-ternak.html (Diakses pada
26 November 2013)
Nia.
2013. Metode pemeriksaan kebuntingan. http://niayulianty.blogspot.com/ 2013 /10/metode-pemeriksaan-kebuntingan.html
(Diakses pada 26 November 2013)
Vabio.
2008. Penanganan Kelahiran pada sapi. http://fapeternakan
.blogspot.com/2008/12/penanganan-kelahiran-pada-sapi-perah.html (Diakses pada
26 November 2013)
Zul.
2012. Mendeteksi kebuntingan pada ternak sapi. http://
zoelonline .wordpress.com/2012/11/22/metode-deteksi-kebuntingan-pada-ternak-sapi-bag-i/ (Diakses pada
26 November 2013)
0 komentar:
Post a Comment