Friday, November 16, 2012

defoliasi

Standard

“DEFOLIASI”

Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri diwaktu ternak itu digembalakan .Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri di waktu ternak itu digembalakan.
Pada umumnya, semakin tua hijauan waktu dipotong, maka kadar serat kasar akan meningkat dan kadar protein akan menurun karena makin meningkatnya senyawa-senyawa bukan protein sebaliknya bertambahnya umur, produksi makin meningkat pada akhirnya menyebabkan kandungan dan produksi protein semakin lambat suatu tanaman dipotong, kandungan serat kasarnya semakin meningkat dan nilai gizinya semakin menurun. Sebaliknya semakin panjang interval defoliasi, makin rendah kadar protein sedangkan kadar seratnya semakin meningkat. Oleh karena itu, maka perlu diatur jarak antara pemotongan pertama dan kedua dan selanjutnya, jarak defoliasi pada musim penghujan sebaiknya 40 hari sekali dan musim kemarau 60 hari.
Frekuensi defoliasi perlu diatur oleh peternak, sebab setelah defoliasi, pertumbuhan kembali tanaman memerlukan zat-zat yang kaya energi seperti gula dan pati. Pada interval pemotongan yang panjang keadaan tidak mengkawatirkan tetapi pada interval pemotongan pendek atau intensitas pemotongan yang tinggi maka karbohidrat dalam akar akan menurun sehingga dapat mengganngu pertumbuhan kembali. Interval pemotongan yang pendek menyebabkan tanaman memiliki kesempatan yang kecil untuk berfotosintesis. Cadangan karbohidrat setelah defoliasi segera dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi. Zat tersebut kemudian dipergunakan untuk pertumbuhan. Itulah sebabnya jarak antara pemotongan (frekuensi defoliasi) yang pertama dan kedua perlu diatur baik-baik.
Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal yang sehat dan kandungan gizi yang baik, defoliasi diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40 hari sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya hanya bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik.
Perlu dijelaskan di sini bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh proses asimilasi. Segera setalah defoliasi karbohidrat ini dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali.
·                Periode Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman hijauan bias dibedakan menjadi 3 periode, yaitu :
a. Periode perkecambahan atau awal pertumbuhan
            Yaitu periode di mana tanaman mulai tumbuh. Jika defoliasi dilakukan pada periode ini, maka hijauan tersebut nilai gizinya relative tinggi dan serat kasarnya pun masih rendah. Untuk mempertahankan agar suplay hijauan tetap dalam keadaan muda, makam tanaman harus sering dipotong. Tetapi defoliasi yang dilakukan pada periode ini kurang menguntungkan, karena akan memperlemah pertumbuhan kembali, dengan demikian tanaman tak ada kesempatan tumbuh kembali dengan baik, sehingga tanaman liar akan tumbuh subur.
b.Periode vegetative
Periode vegetatif yaitu periode sesudah awal pertumbuhan sampai menjelang berbunga. Jika defoliasi terhadap tanaman dilakukan pada periode ini sungguh sangat tepat atau merupakan saat pemotongan yang optimal, sebab :
1.      kandungan nilai gizi tananam masih cukup tinggi, belum banyak yang hilang menjadi buah (biji)
2.      kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi.
3.      Kesempatan untuk tumbuh kembali masih baik.
4.      Rasanya masih enak (palatable)

c. Periode berbuah
Yakni periode di mana tanaman sudah mulai membentuk biji. Pada periode ini kandungan serat kasar tanaman sangat tinggi. Hal ini kiranya bias dimaklumi karena semakin tua tanaman akan semakin banyak serabut yang digenangi oleh lignin yang mengeraskannya, sehingga kebanyakan dari sel-sel tanaman itu diselubungi oleh zat yang tak dapat dicerna dan itulah sebabnya nilai gizi makanan akan menurun pula. Dengan  sebagian besar zat-zat makanan yang berguna bagi keperluan hewan sudah hilang untuk pembentukan biji. Maka suatu hal yang kurang tepat apabila defoliasi itu dilakukan pada periode ini.
·                    Tinggi rendahnya batang yang ditinggalkan

Pada saat tanaman rumput itu dipotong, bagian tanaman yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek atau terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan, pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan makinlambat, karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada tunggul pun semakin sedikit. Sehingga kesempatan berasimilasinya tanaman pun menjadi semakin berkurang. Demikian pula sebaliknya jika pada saat defoliasi itu bagian tanaman yang ditinggalkan terlalu tinggi pun tidak benar. Sebab hal ini akan memberikan kesempatan terhadap pertumbuhan tunas batang saja, tetapi pertumbuhan anakan tak bias berkembang. Itulah sebabnya maka dianjurkan kepada para peternak agar benar-benar memperhatikan hal ini. Sebagai pedoman untuk rumput gajah, benggala ± 10 cm dari atas tanah, rumput setaria ± 5 cm.
Contoh penerapan defoliasi pada tanaman jagung.Ditingkat petani, budidaya tanaman jagung sangat bervariasi. Pada saat tanaman jagung menjelang masa penuaan (senescence), tanaman dibiarkan tua sampai menjelang panen, tetapi ada pula yang melakukan perompesan (defoliasi) di bawah tongkol dan topping (memotong bagian tanaman jagung di atas tongkol, berupa daun dan batang). Perlakuan defoliasi dan topping ini dapat mengurangi hasil panen jika dilakukan secara sembarangan tanpa memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman secara tepat.
Perompesan daun di bawah tongkol dilakukan untuk mengefisienkan proses fotosintesis yang terjadi pada daun tua yang menyebabkan terjadinya kelembaban, juga dimaksudkan untuk menekan terjadinya persaingan internal dalam asimilasi, asimilasi yang diproduksi oleh daun akan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman yang membutuhkannya. Keberadaan daun dapat membantu kelancaran asimilat, namun dapat pula menjadi pengguna hasil asimilat.
Perompesan daun untuk keperluan pakan dapat dilakukan menjelang panen dengan ciri-ciri seluruh biji sudah sempurna terbentuk, embrio sudah masak, dan pengisian bahan kering dalam biji akan segera berhenti. Selain itu dapat pula dilakukan selama masa vegetative  tanaman dengan memperhatikan nilai LAB (Laju Asimilasi Bersih). Perlakuan ini dapat menekan serangan penyakit daun seperti karat (Southern Rust) dan hawar daun Helminthosporium yang sering menyerang tanaman jagung mulai dari daun paling bawah. Sedangkan topping biasanya dilakukan menjelang jagung dipanen, sehingga lahan di bawah jagung tua dapat segera ditanami dengan tanaman jagung lagi atau tanaman polong-polongan.  Tujuannya adalah supaya sinar matahari dapat menyinari tanaman yang baru ditanam sehingga tanaman dapat tumbuh baik tanpa kekurangan radiasi matahari. Dengan demikian masa tanam untuk tanaman susulan dapat dipercepat. Selain itu, hasil brangkasan daun ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Topping ini dapat mempercepat masa panen 5-7 hari. Namun demikian, perompesan (defoliasi) dan topping yang tidak  tepat waktu dapat mengurangi hasil sekitar 15-20%.






DAFTAR PUSTAKA


Budi. 2012. Purning and Defoliation. http://blog. ub.ac.id/muktibudi /2012 /06 /22  /makalah-pruning-and-defolation/( diakses pada 12ivember 2012)

Wawang . 2011. Gambaran Umum Defoliasi. http://peternakan-id. blogspot. Com  /2011/08/gambaran-umum-defoliasi.html ( diakses pada 12ivember 2012)

0 komentar: