Wednesday, November 27, 2013

CARA MENDETEKSI KEBUNTINGAN DAN PROSES KELAHIRAN

Standard


Bagaimanakah cara mendeteksi kebuntingan? apakah dengan menggunalakn tespek. hmmm,, tentu saja tidak kisanak. apakah dengan merapatkan kuping ke perut si ternak? ataukah dengan menoropong melalui anus si ternak? ya nggaklah,, jadi disini saya, Aliando akan mennjelaskna kepada kalian mengenai cara mendeteksi kebuntingan pada ternak. Kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. kebuntingan berarti keadaan anak sedang berkembang didalam uterus seekor hewan. Kebiasaan  peternak, periode kebuntingan  pada umumnya dihitung mulai dari hari pertama perkawinan.
Tujuan  lain dalam  melakukan diagnosa kebuntingan sedini mungkin adalah untuk menghindari : anestrus berkepanjangan yang diakibatkan oleh gangguan fungsi atau penyakit di dalam ovarium dan uterus seperti :hypofungsi, cystic ovarium yaitu kista CL, luteal cyst dan kista folikel ataupun pyometra, dimana semuanya dapat menutupi gejala kebuntingan. Jika gangguan fungsi atau penyakit di atas dapat dikendalikan sedini mungkin, maka reproduktifitas tetap diharapkan seoptimal mungkin.
Deteksi kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk mengetahui bunting atau tidaknya seekor sapi atau untuk mengetahui normal tidaknya saluran reproduksi ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan ini juga merupakan salah satu cara untuk memonitor dan membuktikan basil Inseminasi Buatan secara cepat dan layak. Siklus berahi yang dipergunakan sebagai dasar diagnosa hasil IB adalah berkisar antara 28-35 hari. Pemeriksaan kebuntingan sebaiknya dilakukan setelah 60 hari pasca Inseminasi Buatan, dikhawatirkan terjadi keguguran.



Tujuan Pemeriksaan Kebuntingan:                                                                    
Pemeriksaan kebuntingan pada sapi ini memiliki suatu tujuan, diantaranya yaitu:
1.      Untuk menentukan bunting tidaknya sapi sedini mungkin
2.      Untuk mengetahui adanya kelainan di saluran reproduksi yang dapat menjadi penyebab sapi sulit bunting
3.      Untuk meningkatkan efisiensi manajemen peternakan melalui identifikasi sapi yang tidak bunting dapat segera dikawinkan kembali dengan penundaan waktu seminimal mungkin.
4.      Mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat.
5.      Sebagai pertimbangan apabila ternak harus dijual atau di culling
6.      Untuk menekan biaya pada breeding program yang menggunakan teknik hormonal yang mahal
7.      Membantu manajemen ternak yang ekonomis
Tanda-Tanda Kebuntingan pada Sapi
Beberapa tanda-tanda yang yang ditemui pada sapi yang mengalami kebuntingan diantaranya sebagai berikut:
1.      Tidak ada tanda-tanda berahi
2.      Adanya pembesaran abdomen pada 1/3 bagian bawah kanan pada
kebuntingan mendekati 3 bulan (pada kuda : awal kebuntingan dua bulan).
3.      Pada kebuntingan umur 5 bulan, massa otot di daerah Fossa Para Lumbal
melegok sekali karena relaksasi Ligamentum Sacro Illiaca.
4.      Predisposisi atau Penggemukan
5.      Akhir kebuntingan : pada sapi dara kelenjar ambing volumenya meningkat.
6.      Adanya Fremitus : Arteria Uterina Media
7.      Pada umumnya : Sapi Betina bunting karakternya tenang
Hewan yang mengalami masa kebuntingan akan menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai berikut:
1. Vulva dan vagina
Setelah kebuntingan berumur 6 sampai 7 bulan pada sapi dara akan terlihat adanya eodema pada vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin jelas edema vulva ini. Pada sapi yang telah beranak, edema vulva baru akan terlihat setelah kebuntingan mencapai 8,5 sampai 9 bulan.
 2. Serviks
Segera setelah terjadi fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjar-kelenjar serviks. Kripta-kripta menghasilkan lendir yang kental semakin tua umur kebuntingan maka semakin kental lendir tersebut.
3. Uterus
Perubahan pada uterus yang pertama terjadinya vaskularisasi pada endomertium, terbentuk lebih banyak kelenjar endometrium, sedangkan kelenjar yang telah ada tumbuh lebih panjang dan berkelok-kelok seperti spiral.

4. Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga mengalami perubahan. Perubahan yang pertama adalah volumenya, dari sedikit menjadi banyak; kedua dari perbandingannya. Hampir semua spesies, cairan amnion menjadi lebih banyak dari pada volume cairan allantois, tetapi pada akhir kebuntinan cairan allantois menjadi lebih banyak.
5. Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi, terjadilah  kawah bekas folikel. Kawah ini segera dipenuhi oleh darah yang dengan cepat membeku yang disebut corpus hemorrhagicum. Pada hari ke 5 sampai ke-6 korpus luteum telah terbentuk.
Metode pemeriksaan kebuntingan diantaranya adalah:
1.    Non Return to Estrus
Selama kebuntingan, konseptus menekan regresi corpus luteum (CL) dan mencegah hewan kembali estrus. Oleh sebab itu, apabila hewan tidak kembali estrus setelah perkawinan maka diasumsikan bunting.
2.    Eksplarasi Rektal
Eksplorasi  rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus. Teknik ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30 hari.


3.  Ultrasonography
Merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua uteri. Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator yang terlatih untuk dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor.
4.    Diagnosa Imunologik
            Teknik Imunologik untuk diagnosa kebuntingan berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal dari konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin dan air susu.
5.    Metode Punyakoti
            Metode punyakoti adalah sebuah metode deteksi kebuntingan ternak sapi dengan menggunankan urine. Metode ini hampir sama dengan uji kebuntingan modern pada manusia menggunakan HCG dari urine sebagai senyawa yang menentukan kebuntingan. Pada uji Punyakoti, ada senyawa lain yang menyusun urine yang digunakan untuk menentukan kebuntingan baik pada manusia maupun sapi (ruminansia). Selain urea dan asam urat yang dikeluarkan oleh urine sapi, bagian terpenting yang menentukan dalam uji Punyakoti ini adalah hormon tumbuhan yang disebut abscisic acid (ABA). Sedangkan hormon progesteron dan estrogen yang tergandung dalam urine tidak mempengaruhi uji ini.


6.    Diagnosa Kebuntingan berdasarkan konsentrasi hormon
Pengukuran hormon-hormon kebuntingan dalam cairan tubuh dapat dilakukan dengan metoda RIA dan ELISA. Metoda-metoda yang menggunakan plasma dan air susu ini, dapat mendiagnosa kebuntingan pada ternak lebih dini dibandingkan dengan metoda rectal.
·         PROSES KELAHIRAN
Partus adalah suatu proses kelahiran yang dimulai dengan pelunakan dan dilatasi awal dari cervix bersamaan waktunya dengan dimulainya kontraksi uterus dan berakhir ketika fetus dan membran plasentannya dikeluarkan.                       
A. Tanda-tanda Mendekati Kelahiran
1.            Pelvis
Tanda-tanda mendekati kelahiran dapat dilihat selama bulan terakhir kebuntingan seperti rotasi posisi kebuntingan, pertumbuhan kelenjar mammae, perluasan pelvis, vulva akn jadi lunak dan membengkak, ada mucus serta mencari tempat sembunyi (sapi) dan membuat sarang pada babi.
2.            Vagina dan Vulva
Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing biasanya menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah sebagai berikut:
-          Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai kandang/tanah sambil mengembik-embik.
-          Vagina berlendir dan memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.
sering memperhatikan bagian belakangnya sambil mengembik.
-          Proses kelahiran biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.
-          Vulva Basah dan Berdilatasi, serta keluar cairanALLANTOIS dari vagina.
-          Kebuntingan pada sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari.
B. Inisiasi Kelahiran
Inisiasi Kelahiran Fetus:
             Fetus bertanggung jawab terhadap inisiasi partus pada hewan domestik. Hal tersebut dimungkinkan akibat dari peningkatan ukuran fetus yang cepat, meningkatnya masalah pertukaran antara zat sisa dengan nutrisi melalui plasenta, perkembangan gerak aktif anggota gerak dan paru-paru fetus, atau dapat disebabkan oleh stres fetus akibat plasenta tidak mampu lagi menyuplai kebutuhan dan tuntutan fetus.
             Progesteron yang dihasilkan corpora lutea di ovarium konsentrasinya tinggi selama kebuntingan. Fungsinya mencegah kontraksi myometrium uterus dan mencegah pengeluaran fetus. Akan tetapi, dua minggu sebelum kelahiran, estrogen dan relaxin berangsur-angsur meningkat, sedangkan progesteron menurun. Relaxin meningkat dalam darah sekitar 10-14 hari pada akhir masa gestasi. Ini diduga menyebabkan dilatasi cervix, distensi pelvis, pertumbuhan mamae, dan menghambat kontraksi uterus.
             Mekanisme induksi kelahiran dimulai dengan pelepasan hormon ACTH yang berasal dari otak fetus setelah mencapai tahap perkembangan. Hormon ini menyebabkan reaksi cascade sehingga terjadi pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal fetus, yang menginduksi pelepasan estron dan estradiol dari plasenta, yang kemudian menstimulasi uterus untuk melepaskan prostaglandin yang menyebabkan regresi corpus luteum dan menghentikan produksi progesteron. Kira-kira 1-2 hari sebelum kelahiran konsentrasi progesteron mulai turun dalam sirkulasi. Pelepasan relaxin terjadi dalam 2-3 gelombang antara 44-26 jam sebelum kelahiran dan puncaknya pada 14-22 jam dan kemudian turun sebelum keluarnya genjik pertama. Baik estrogen dan relaxin menyebabkan perubahan cervix yang membuat saluran kelahiran membuka. Kurang dari 10 jam, estrogen dalam darah meningkat dengan cepat, dan kurang dari 9 jam otot uterus mulai kontraksi. Pada waktu yang sama, prostaglandin dibawa ke pituitari anterior dan menyebabakan pelepasan oksitosin ke dalam pembuluh darah. Oksitosin meningkat 9-4 jam sebelum kelahiran genjik pertama dan puncaknya selama genjik dikeluarkan. Prostaglandin dalam darah juga meningkat selama pengeluaran fetus. Pada kelahiran alami, oksitosin meningkat di atas level baseline (garis dasar) yang hanya berjalan ketika nilai progesteron dalam darah turun di bawah 10 ng/ml.
1.      Mekanisme Intra Uteri
Faktor hormonal
Fetus meregangkan serviks terjadi rangsangan ke otak,hipotalamus, Hipofisa anterior mengeluarkan oxytosin, Oxytosin merangsang uterus untuk memulai kontraksi . Progesteron, menjaga kebuntingan‡ Menurun pada ahir kebuntingan,Estrogenmeningkat, oksitosin tampil. Terjadi kontraksi urat daging uterus, Estrogen, terbentuk sejak plasenta terbentuk. Semakin tinggi berat plasenta semakin tinggi kadar estrogen. Bersama-sama dengan oksitosin merangsang uterusberkontraksi.
2.   Mekanisme Kontrol Ekstra uteri
Terjadi Relaksasi dan dilatasi servik, fetus mengambil postur kelahiran, kontraksi uterus terjadi dan Chorionallantois memasuki vagina. Tahap kedua : Kontraksi uterus berlanjut, Fetus masuk kedalam saluran peranakan, Kontraksi abdominal terjadi, Amnion memasuki vagina dan Fetus dikeluarkan. Tahap ketiga  Hilangnya sirkulasi plasenta, Pemisahan plasenta terjadi, Kontraksi uterus dan abdominal berlanjut dan Plasenta dikeluarkan. Pada spesies politokus, tahap pertama kelahiran diikuti oleh rangkaian kelahiran fetus tahap kedua. Hal ini kemudian bisa diikuti oleh tahap ketiga setelah setiap tahap kedua atau keluarnya plasenta setelah kelahiran dari satu kelompok atau semua anak.
C.  Kontraksi Uterus
-Progesetron
Pada Sapi, Progesteron berfungsi memelihara kebuntingan. Hal ini disebabkan pada saat kebuntingan Korpus luteum selalu ada. Kondisi ini dimungkinkan dengan konsentrasi atau level Progesteron darah pada hari ke 150 kebuntingan dan selama beberapa saat sebelum kelahiran tinggi, dimana Korpus luteum merupakan sumber dari Progesteron. Selain itu pada periode tersebut, Plasenta juga memproduksi Progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut. Dilain pihak, proses kelahiran dipacu oleh adanya peningkatan produksi cortisol pada foetal, dan ini akan merangsang produksi Estrogen dan Prostaglandin (PGF2a). Selanjutnya Prostaglandin akan menyebabkan regresinya Korpus luteum (Corpus Luteum) dan konsentrasi atau level Progesteron dalam darah akan menurun secara drastis. Dari prinsip kerja hormon tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk induksi kelahiran dengan menggunakan ke dua hormon tersebut yaitu penggunaan Prostaglandin, Corticosteroid atau kombinasi ke dua hormon tersebut.
-Relaksin
Kadar estrogen, progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat diketahui bahwa mekanisme yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh fetus. Kenaikan cortisol menyebabkan produksi dan pelepasan yang lebih besar dari estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2a dari uterusPGF2a yang menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber utama Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan. Tampaknya kenaikan cortisol fetus menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan konversi Progesteron menjadi Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan PGF2a dari uterus domba tetapi penurunan progesteronterlihat sebelum kenaikan PGF2a. Oxytocin terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf sensoris cervix dan vagina. Konsenjtrasi Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran fetus. Lonjakan kecil terlihat selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2a yang lebih besar disebabkan oleh oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk menjelang kelahiran mungkin disebabkan oleh stres parturisi dan tidak terlibat dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait dengan sintesis susu.
Peristiwa fisiologis dalam kelahiran berupa dilatasi cervix dan kontraksi uterus. Dilatasi cervix disebabkan oleh relaxin ketika bekerja sama dengan kadar estrogen yang meningkat. Kontraksi uterus awal mungkin disebabkan oleh PGF2α ketika terlepas dari endometrium dengan meningkatnya kadar estrogen. Hormon peptida relaxin diproduksi oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum pada kebuntingan awal. Relaxin juga berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran dan mempengaruhi efisiensi kontraksi myometrium.
- Prostaglandins
Injeksi dengan dosis standar ProstaglandinF2a selama minggu kelahiran atau dalam minggu dimana waktu proses kelahiran telah diduga, maka kelahiran dapat diinduksi dan umumnya kelahiran terjadi dalam waktu 48 Jam setelah injeksi Prostaglandins. Selain itu pemberian kombinasi corticosteroid dan prostaglandin akan lebih baik karena akan memberikan efek pada tingkat dewasa kelamin (maturasi) fetus yang dilahirkan. Induksi kelahiran ternyata memberikan efek negatif yaitu meningkatkan kejadian terhambatnya pelepasan plasenta. Penggunaan Prostaglandin beberapa jam setelah kelahiran dilaporkan dapat menyebabkan terhindarnya penghambatan pelepasan membran foetal. Yang penting untuk diketahui bahwa pelaksanaan waktu perkawinan yang tepat akan mencegah kekahiran prematur yang erat kaitannya dengan penurunan daya tahan fotus setelah kelahiran. Catatan perkawinan (breeding record) adalah sangat penting diperhatikan, dimana hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor kebersihan lingkungan saat induk melahirkan.
D.  Proses Pengeluaran Fetus
-Fase-fase kelahiran Fasepertama
Pada umumnya fase ini merupakan fase relaksasi dan dilatasi servik, chorionallantois memasuki vagina dan merupakan awal kontraksi yang berkelanjutan dari uterus. Kontraksi uterus merupakan awal dari periode relaksasi, sedangkan suplai darah fetus akan terhenti. Otot pelvis akan mengendor dan perineum akan memanjang. Kontraksi uterus ini belum menyebabkan uterus menjadi tegang, walaupun pergerakan fetus kadang melewati hingga dinding abdomen. Selain beberapa kali kucing akan kembali mencari tempat yang nyaman dan tingkah laku manja yang mulai terlihat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fase ini yaitu, kucing akan mencakar-cakar, yang menunjukkan bahwa kucing tersebut berusaha membuat tempat tidur untuk menjaga anak-anaknya, dan kadang nafasnya akan terlihat terengah-engah pada akhir fase pertama. Pengeluaran cairan dari vagina kadang terlihat dan dijilati. Pada kucing yang baru pertama kali melahirkan, fase pertama akan terjadi berkepanjangan, bahkan hingga 36 jam walaupun tanpa keadaan abnormal. Fase kedua  dan ketiga Setelah relaksasi pada fase pertama, kontraksi uterus akan menjadi lebih kuat dan lebih teratur dan mengatur gerakan fetus yang terdapat di dalamnya dan menyesuaikan terhadap gerakan membukanya pelvis. Ketika pertama kali fetus melalui pelvis, permukaan terluar dari membran fetus terbentuk kantung cairan pada vulva yang mengeluarkan cairan dan biasanya akan dijilati oleh kucing. Sedangkan permukaan terdalam melewati pelvis dan menahan cairan tersebut sebagai cairan lanjutan yang membantu keluarnya fetus. Tekanan cairan berperan penting dalam proses kelahiran, diantaranya membantu pelebaran servik yang telah relaksasi dan membantu keluarnya fetus di vagina. Ketika cairan terus membasahi vulva, kantung cairan berada pada vulva yang merupakan permulaan fetus melewati pelvis pada posisi yang telah memutar. Selama pembentukan fetus berada pada posisi berbaring membelakangi membran, dan saat kelahiran, kucing sudah dalam posisi yang seharusnya.
 Dalam proses ini, fetus juga berperan dalam memutar tubuhnya. Jika fetus mati sebelum menempati pelvis, kemungkinan fetus tidak akan berputar. Pada kasus normal, seluruh bagian kepala fetus akan memasuki pelvis dan tekanannya menyebabkan menegangnya otot abdomen. Proses menegangnya otot abdomen ini membantu terdorongnya fetus ke ruang pelvis. Pada keadaan normal, awal dari fase kedua bisa terjadi dari 5 hingga 30 menit. Ketika kepala mulai keluar dari vulva, beberapa tegangan kecil akan terjadi saat tubuh melewati pelvis dan vulva. Fase ketiga segera terjadi setelah fase kedua, ini juga merupakan awal dari involusi uterus, dimana bagian dari uterus akan kembali berkontraksi dan memendek. Secara normal,  korpus uterus dilewati segera setelah masing-masing anak kucing yang keluar. Kadang-kadang anak kedua akan segera keluar dari kornu uterus yang lain, dimana lapisan korpus akan tertahan sebentar dan dua anak berikutnya akan keluar bersamaan. Setelah semua anak keluar, induk akan  membersihkan mulut dan hidung anaknya, kemudian memotong umbilicus dan memakan plasenta. Stadium kedua dan ketiga berulang hingga semua anak keluar. Selang waktu keluarnya kucing bermacam-macam, dari 10 menit hingga satu jam. Proses kelahiran memakan waktu yang berbeda-beda, kucing berbulu pendek biasanya memakan waktu yang lebih singkat daripada kucing berbulu panjang, terutama kucing persia. Kucing biasanya mempunyai rata-rata jumlah anak 4 ekor dalam sekali kelahiran.



DAFTAR PUSTAKA

Bagus. 2011. Deteksi Kebuntingan. http://be-ef.blogspot.com/2011/10/deteksi-kebuntingan.html (Diakses pada 26 November 2013)

Felish. 2011. Kebuntingan Pada sapi.  http://felishindri. wordpress.com /2011/ 09/25/kebuntingan-pada-sapi/ (Diakses pada 26 November 2013)

Mujahid. 2012. Proses kelahiran. http://mujahidunhas.blogspot .com/2012 /10/proses-kelahiranpartus-ternak.html (Diakses pada 26 November 2013)


Nia. 2013. Metode pemeriksaan kebuntingan. http://niayulianty.blogspot.com/ 2013 /10/metode-pemeriksaan-kebuntingan.html (Diakses pada 26 November 2013)

Vabio. 2008.  Penanganan Kelahiran pada sapi. http://fapeternakan .blogspot.com/2008/12/penanganan-kelahiran-pada-sapi-perah.html (Diakses pada 26 November 2013)

Zul. 2012.  Mendeteksi kebuntingan pada ternak sapi. http:// zoelonline .wordpress.com/2012/11/22/metode-deteksi-kebuntingan-pada-ternak-sapi-bag-i/ (Diakses pada 26 November 2013)

































0 komentar: