A. Asal
Usul Kerbau
Domestikasi
kerbau di India dimulai 5000 tahun yang lalu di lembah sungai Indus dan di Cina
kira-kira 1000 tahun selah di India. Kerbau yang telah dijinakkan termasuk
anggota sub-famili Bovinae di dalam
genus Bubalus yang dibagi dalam 4 sub genus yaitu:
a.
Bubalus
caffer (Kerbau Afrika)
b.
Bubalus
bubalis (Kerbau Asia)
c.
Bubalus
mindonensis (Kerbau Mindora)
d. Bubalus depressicornis (Kerbau mini Sulawesi = Anoa)
d. Bubalus depressicornis (Kerbau mini Sulawesi = Anoa)
B.
Susu
Kerbau
Susu kerbau lebih banyak mengandung
lemak dan protein dari susu sapi. Rasa susu kerbau lebih pekat karena
mengandung lebih 16 % bahan kering (total solid) dibandingkan susu sapi hanya
12 – 14 %. Kadar lemak susu kerbau 50 – 60 % lebih banyak dari susu sapi (6 – 8
% vs 3 – 5 %). Protein susu kerbau lebih banyak mengandung casein dan sedikit
lebih albumin dan globulin dari susu sapi.
Susu
kerbau kurang mengandung carotene (pro-vitamin A) dan warna susu kerbau lebih
putih dari susu sapi. Kandungan vitamin A dalam susu kerbau hampir sama dengan
susu sapi. Tampaknya kerbau telah merubah carotene makanan menjadi vitamin A di
dalam susu. Susu kerbau mengandung vitamin B kompleks dan vitamin C sama dengan
pada susu sapi, hanya kadar riboflavin susu kerbau lebih sedikit dari susu
sapi.
C.
Pemeliharaan
Anak Kerbau
Pemeliharaan
anak kerbau jantan harus dilakukan untuk kelak menjadi pejantan, sedangkan
pemeliharaan anak kerbau betina untuk dibesarkan guna kelak menjadi pengganti
induk. Mortalitas kerbau pada umur muda tinggi dan untuk mengurangi kematian
anak, perlu dilakukan pemeliharaan anak yang baik.
D.
Pemelihataan
Kerbau Dara
Kerbau
dara perlu mendapat perhatian karena sangat mempengaruhi penampilan produksi.
Kerbau dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur
sekitar 30 – 36 bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg. Akan tetapi pada kondisi
pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan pertama baru bisa dilakukan
pada umur di atas 44 bulan.
E.
Pemeliharaan
Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Perhatian
khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah penting, begitu juga pada waktu
beranak supaya kerbau dalam keadaan menyenangkan. Pada Peternakan kerbau perah
yang mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama dicapai pada umur 30 – 36
bulan dan lama bunting 310 + 5 hari.
F.
Pemeliharaan
Kerbau Kering
Lama
laktasi kerbau perah bervariasi dari 8 – 10 bulan dan selang beranak 12 – 18
bulan. Jadi kerbau kering harus dipelihara dengan baik selama 2 – 8 bulan atau
rata-rata 5 bulan sebelum melahirkan. Dengan pastura yang baik, kerbau yang
mengalami masa kering tidak perlu diberikan makanan konsentrat. Pada pastura
yang baik lama kerbau merumput setiap hari cukup 6 – 8 jam dimana kerbau
bunting (masa kering) tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, tetapi pada
keadaan pemberian rumput yang berkualitas rendah, maka perlu diberi pakan
tambahan (konsentrat) sebanyak 2 – 3 kg per ekor per hari.
G.
Pemeliharaan
Kerbau Pejantan
Pejantan
harus dipelihara dalam kondisi tatalaksana yang optimum sejak dari lahir agar
pejantan tersebut jinak dan baik pertumbuhannya. Setelah berumur 9 – 10 bulan
pejantan yang terpilih dikandangkan secara individual pada kandang
pejantan.
H. Pemeliharaan Anak
Kerbau Jantan
Dalam kedaan normal anak kerbau jantan
dibiarkan bebes menyusui pada induknya selama 3 – 5 hari setelah lahir,
selanjutnya anak kerbau diberi kesempatan menyususi pada induknya hanya 2 – 3
menit pada saat sebelum diperah untuk merangsang keluarnya air susu. Bobot
lahir pada anak kerbau jantan rata-rata 30 kg, dengan pemeliharaan yang kurang
baik bobot badan pada umur 1 tahun hanya mencapai 100kg. Tetapi pada anak
kerbau jantan yang akan dipakai sebagai bibit dipelihara dan diberi makanan
yang baik sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat mencapai bobot badan 250 –
300 kg pada umur 24 bulan, dan dapat diambil semennya untuk I.B. Pada umumnya
pengambilan semen kerbau jantan dimulai pada umur 30 bulan.
0 komentar:
Post a Comment