Metode Pedigree
Metode
ini disebut pedigree karena pencatatan dilakukan setiap anggota populasi
bersegregasi dari hasil persilangan. Silsilah (pedigree) diperlukan untuk
menyatakan bahwa dua galur tersebut serupa dengan cara mengkaitkan terhadap
individu tanaman generasi sebelumnya.
Prosedur
pedigree dimulai dari persilangan sepasang tetua homozigot yang berbeda dan
diperoleh generasi F1 yang seragam. Dengan penyerbukan sendiri diperoleh
generasi F2 yang bersegregasi. Mulai generasi inilah seleksi dimulai kemudian
dilanjutkan kepada generasi- generasi berikutnya.
Biji
F1 dihasilkan dari persilangan dua tetua dengan tangan melalui emaskulasi.
Jumlah tanaman F1 ditentukan oleh kemampuan untuk dapat menangani populasi
generasi-generasi berikutnya dan disarankan jangan terlalu banyak. Tanamn F1
sejumlah 6 atau 8 dapat menghasilkan 1000 biji. Biasanya pada generasi F2
ditumbuhkan hanya 500 tanaman dan diseleksi hanya 10% atau 50 tanaman untuk
generasi F3. Pada padi dapat berjumlah 6000 tanaman F2 karena banyak gen yang
mempengaruhi produksi dan kualitas yang sering menjadi tujuan pemuliaan.
Biji F2 akan
mempunyai embrio yang berbeda susunan genetiknya. Meiosis pada tanaman F1
cenderung terjadinya segregasi, misalnya menjadi AA Aa aa. Tanaman F2 biasanya
ditanam dengan jarak tanam lebar dengan maksud untuk mempermudah pengamatan
atau pemuliaan setiap tanaman. Seleksi dilakukan dengan hanya meninggalkan
tanaman yang dinilai terbaik, dengan alasan agar tidak terlalu banyak ditangan
ipada generasi berikutnya.
Perbandingan seleksi
biasanya 10:1 untuk F2 ke F3 dapat pula lebih tinggi yakni 100:1, artinya dari
5000 tanaman ditinggalkan 50 tanaman atau galur pada F3. Perbandingan lebih
tinggi apabila persilangan dilakukan pada tetua yang banyk berbeda sifatnya,
sehingga galur segregasi mempunyai keragaman tinggi. Pencatatan individu
tanaman dimulai pada generasi F2.
Pada penyeleksian
tanaman F2 perlu diperhatikan pengaruh heterosigositasnya. Karena galur
heterosigot dapat menampakkan sifat lebih menonjol. Apabila yang dipilih tanaman
ini tidak mempunyai arti, karena tujuan seleksi ingin mendapatkan tanaman
homosigot. Jadi sedapat mungkin dihindari peilihan galur heterosigot
dan hanya diarahkan galur yang cenderung homosigot.
Generasi F3
merupakan generasi penting. Pada generasi ini dapat diketahui terjadinya
segregasi apabila tanaman F2 yang dipilih ternyata heterosigot. Untuk
mengetahui adanya segregasi diperlukan sejumlah tanaman agar terlihat
keragamannya, biasanya ditanam lebih 30 tanaman setiap baris. Seleksi tetap
dilakukan secara individu, tetapi dimungkinkan dalam satu barisan tidak dipilih
sama sekali. Tanaman yang dipilih adalah tanaman terbaik pada barisan yang
tanamannya lebih seragam.
SELEKSI PEDIGREE
Metode seleksi pedigree,
melihat dan mencatat penampilan produktivitas keturunan ternak yang telah lalu.
Setiap individu yang ber penampilan ekonomi bagusl dan berasal dari induk/tetua
yang berpenampilan ekonomi bagus juga , lebih unggul di
bandingkanindividu yang berpenampilan bagus pula, tapi berasal dari
induk/tetua berpenampilan ekonomi yang jelek. Tapi harus di
perhatikan juga, induk/tetua berkarakter ekonomi bagus, tidak akan selalu,
keturunannya pasti karakter ekonominya bagus seperti induknya : keturunanya itu
dapat berkarakter lebih bagus atau bisa pula lebih jelek.
Hal tersebut di atas harus
benar-benar di perhatikan oleh peternak pembibit/Breeder. Dalam melakukan
seleksi berdasar penampilan dari induk/tetua yang dimilikinya. Agar hal itu
dapat terlaksana seefisien mungkin, maka Breeder harus punya Recording yang
lengkap, teratus dan kontinyu dari induk/tetua yang di hasilkannya.
Seleksi pedigree memerlukan
waktu yang lama, peralatan yang komplit dan urutan prosedur pemuliabiakan yang
terprogram teratur dan terarah. Ini memerlukan investasi modal yang mahal,
makanya jangan terlalu banyak protes bila DOC/DOD yang di hasilkan Breeder yang
bertanggungjawab dijual dengan harga yang agak mahal.
http://bumiternak-betha.blogspot.com/2012/05/sistem-seleksi-ayam-dan-bebek-tetua.html
http://bumiternak-betha.blogspot.com/2012/05/sistem-seleksi-ayam-dan-bebek-tetua.html
0 komentar:
Post a Comment