Monday, February 10, 2014

"Produktivitas Ayam Ras Pedaging yang Dipelihara dengan System Pemeliharaan Berbeda"

Standard

 Produktivitas Ayam Ras Pedaging yang Dipelihara
dengan System Pemeliharaan Berbeda
Awal Rezkiawan
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245
ahmadnur879@yahoo.com
Abstrak
usaha pemeliharaan ayam pedaging dapat di lakukan dengan dua pola pemeliharaan yaitu dengan kemitraan atau dengan mandiri. Kedua pola tersebut saling memiliki kelebihan dan kekurangan masing. Pola mandiri bisa memperoleh keuntungan yang besar maupun sebaliknya  bisa mendatangkan kerugian yang besar pula karena semua biaya produksi dan harga penjualan ditentukan oleh peternak itu sendiri. Sedangkan pola mitra pengusaha  hanya menyediakan kandang dan tenaga kerja sedangkan biaya lainnya di tanggung oleh perusahaan mitra, tetapi dalam penjualan harga telah disepakati atau ditentukan oleh perusahaan dan keuntungan biasanya hanya diperoleh dari setengah atau seperempat harga penjualan praktikum Manajemen Ternak Unggas dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan perbedaan produktivitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem yang berbeda. Sebagai model percobaan, dilakukan kajian terhadap system pemeliharaan yang dilakukan pada unit pemeliharaan ayam pedaging laboratorium ternak unggas fakultas peternakan universitas hasanuddin. Terdapat dua macam system pemeliharaan yang dianalisis yaitu pola mandiri, dan pola kemitraan dengan spesifikasi teknis strain ayam, kepadatan kandang, lama brooding, spesifikasi pakan, obat dan vaksin. kesimpulan bahwa terdapat perbedaan produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan yang berbeda, dimana pola kemitraan memiliki nilai yang lebih baik pada berat badan akhir , konversi pakan, mortalitas, dan IP tetapi kurang dalam Konsumsi Pakan dan  Income Over Feed and Chick Cost.
Kata kunci : ayam pedaging, produktifitas, pola pemeliharaan, kemitraan, mandiri
PENDAHULUAN
            Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an. Hingga kini ayam broiler telah dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan.
Di dalam pemeliharaan broiler terdapat dua pola yang dapat digunakan yaitu pola mandiri dan pola kemitraan. Pola mandiri merupakan sistem pemeliharaan yang dikelola secara mandiri, dilaksanakan peternak melalui pembiayaan sendiri baik biaya investasi (kandang dan peralatan) maupun biaya operasional (bibit,pakan, obat dan vaksin) termasuk pemasaran ayam, sedangkan pola kemitraan dilaksanakan kemitraan antara peternak plasma (UMKM) dengan pengusaha besar (perusahaan Inti) yang lazim disebut Pola Inti-Plasma. Tanggung jawab peternak Plasma adalah menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja sendiri, sedangkan tanggung jawab Inti adalah menyediakan sapronak (bibit, pakan, obat dan vaksin) termasuk pemasaran ayam melalui kesepakatan harga yang tertuang sebagai kontrak kerjasama Inti-Plasma di awal usahaDari hasil penelitian yunus (2009), terjadi perbedaan nyata dari pendapatan antara pola pemeliharaan secara mandiri dengan bermitra. Hasil penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan uji beda t test peternak ayam ras pedaging mandiri memiliki tingkat pendapatan rata-rata yang berbeda dibanding peternak pola kemitraan, hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C ratio peternak mandiri sebesar 1,26 lebih tinggi dibanding peternak pola kemitraan yang hanya sebesar 1,06. Dalam hal ini peternak yang berusaha secara mandiri lebih menguntungkan daripada peternak yang menjadi anggota pola kemitraan.
Berdasarkan uraian tersebut, suatu praktikum Manajemen Ternak Unggas dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan perbedaan produktivitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem yang berbeda.
MATERI DAN METODE
Sebagai model percobaan, dilakukan kajian terhadap system pemeliharaan yang dilakukan pada unit pemeliharaan ayam pedaging laboratorium ternak unggas fakultas peternakan universitas hasanuddin. Terdapat dua macam system pemeliharaan yang dianalisis yaitu pola mandiri, dan pola kemitraan dengan spesifikasi teknis manajemen pada tabel 1.
Parameter produktifitas ayam pedaging yang dianalisis antara lain: konsumsi pakan, berat badan akhir, konversi pakan, mortalitas, dan Income Over Feed and Chick Cost (IOFC).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan system pemeliharaan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.Produktivitas ayam pedaging yang dipelihara dengan system pemeliharaan berbeda
Parameter
Mandiri
Kemitraan
Lama Pemeliharaan
Konsumsi Pakan (g/e)
Berat Badan Akhir (g)
Konversi Pakan
Mortalitas (%)
Income Over Feed And Chick Cost (Rp/e)
IP (Indeks Broiler)
35 Hari
3100
1950
1.589
5
4900
313
35,13 Hari
3417
2200
1.550
3
4200
359
Data tabel 2. Menunjukan adanya perbedaan Produktivitas ayam pedaging antara kemitraan dengan mandiri dari berbagai aspek. Dari parameter lama pemeliharaan terlihat bahwa lama pemeliharaan kemitraan sedikit lebih lama daripada mandiri yaitu 35,15 hari hal ini disebabkan karena dalam kemitraan memiliki cara sendiri untuk menghitung waktu panennya hal ini didukung pendapat Anonim (2011), bahwa rata-rata umur ayam saat panen (A/U), parameter ini menghitung rata-rata umur ayam yang dipanen. Pemanenan yang termasuk ke dalam parameter ini ialah pemanenan ayam sehat pada bobot badan tertentu. Jadi, ayam afkir tidak masuk ke dalam perhitungan ini. Rumus menghitung A/U ialah :
          A/U =           ∑(U x P)           
                          total populasi terpanen
dengan U adalah umur ayam dipelihara dan P adalah populasi ayam yang dipanen. Pola mandri sendiri waktu panennya 35 hari karena secara umum waktu optimal perkembangan ayam pedaging yaitu 35 hari. Menurut Rasyid dan Sirajuddin (2013) keungggulan yang dimiliki ayam broiler antara lain masa produksi relatif pendek yaitu kurang lebih 32-35 hari.
Dengan adanya perbedaan lama pemeliharaan antara pola mitra dengan mandiri maka terdapat pula perbedaan pada banyaknya pakan yang dikonsumsi. Seperti yang diketahui, bahwa semakin lama masa pemeliharaan maka pakan yang di konsumsi juga akan semakin banyak pula, hal ini juga berimplikasi pada Berat badan akhir ayam yang dipelihara dimana pola kemitraan Berat Badan akhir ayamnya lebih tinggi dibandingkan berat badan akhir ayam pola mandiri. Sehingga konsumsi pakan pada pola kemitraan cenderung lebih banyak dibandingkan pola mandiri. Selain lama pemeliharaan ada beberapa faktor lain yang menyebabkan  tingkat konsumsi pakan berbeda yang  dilihat dari perbedaan spesifikasi manajemen pemeliharaannya dimana strain ayam yang digunanakan berbeda yaitu pada pola mandiri menggunakan Strain Ayam Cobb CP 707 dan Pola kemitraan menggunakan Strain Ayam Lohman MB 202 P. Adiwinarto (2005), pemeliharaan 20 - 24°C menunjukkan konsumsi perbedaan nyata (P<0,05) antar strain, konsumsi strain Cobb (112,30a gram/hari) dan strain Lohmann (97,23b gram/hari) sehingga pada suhu rendah strain Cobb dapat mengkonsumsi lebih banyak dari pada strain Lohmann, tetapi PBB, bobot hidup, karkas dan FCR secara analisis statistik tidak berbeda.
Bentuk  pakan juga mempengarui tingkat konsumsi pakan. Pada fase finisher  sistem pemeliharaan mandiri pakan yang diberikan dalam bentuk tepung/mash sedangkan pada sistem pemeliharaan kemitraan bentuk pakan yang diberikan pada fase finisher adalah pellet. Brickett, et al (2009), konsumsi pakan dipengaruhi oleh kepadatan nutrisi dan bentuk pakan. Konsumsi pakan akan menurun secara linier apabila kepadatan nutrisinya tinggi dan akan meningkat apabila diberikan ransum berupa pellet. Sesuai dengan yang dilaporkan Runnels et al (1976) bahwa ayam yang diberi ransum berbentuk crumble menghasilkan bobot badan kumulatif 4 minggu yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang diberi ransum dalam bentuk mash pada tingkat energi dan protein yang sama yaitu 3252 kkal/kg dan 23,21%.kandungan nutrisi pakan turut memberi andil dalam konsumsi pakan dimana nutrisi pakan dapat mempengaruhi stress ayam, dan pada pemeliharaan kemitraan fase finisher pakan dalam bentuk pellet yang nutrisinya sudah diatur oleh perusahaan sedangkan pada mandiri berupa campuran konsentrat dan jagung.  Menurut Nova (2005) unggas banyak dihadapkan pada stres yang berasal dari berbagai sumber antara lain praktek manajemen, nutrisi, dan kondisi lingkungan.
Perbedaan berat badan akhir ayam yang dipelihara secara mitra dengan mandiri, memperlihatkan bahwa berat badan akhir ayam kemitraan lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan ayam mandiri, dalam pemeliharaan ayam tersebut harus mendapat pertumbuhan yang baik untuk menunjang bobot badan yang tinggi. Fijiana, et al (2012), tingkat pertumbuhan yang baik akan mendapatkan bobot badan yang tinggi sehingga semakin tinggi bobot badan semakin tinggi bobot karkas. Selain faktor lama pemeliharaan dan tingkat konsumsi pakan, kandungan protein dalam pakan juga cukup memberi kontribusi pada berat badan akhir ayam dimana pada fase finisher protein pakan mandiri 17-18%, sedangkan pada kemitraan lebih tinggi 19-21%. Petrawati (2003), besarnya kandungan protein dan lemak pakan ayam akan mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler. Menurut hasil penelitian Yunilas dkk (2005) rataan pertambahan bobot badan berkisar antara 257,52 – 283,66 g, protein yang berasal dari bahan pakan mempengaruhi pertambahan bobot badan.
Tingkat konsumsi pakan dengan bobot badan yang dihasilkan akan memperlihatkan  nilai konversi pakan. Konversi pakan biasanya dinyatakan dalam FCR yang didefinisikan, berapa jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Idealnya satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih (FCR ≤ 1). Pada pola mandiri dan kemitraan sangat jelas perbedaan yang nampak dimana konversi pakan dengan pola kemitraan lebih sedikit yang menandakan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ayam betul-betul terserap dengan baik oleh tubuhnya. Menurut Anonim (2011) Nilai FCR yang sama atau lebih kecil dibandingkan standar, menandakan terjadinya efisiensi pakan yang didukung dengan tata laksana pemeliharaan yang baik, namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan standar maka mengindikasikan terjadi pemborosan pakan sebagai akibat tidak maksimalnya manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ayam. Salah satu faktor yang berperan penting menyebabkan hal ini ialah stres. Stres direspon oleh tubuh dengan memobilisasi glukosa untuk diubah menjadi energi dan digunakan untuk menekan stres itu sendiri. Akibatnya, hanya sedikit energi yang diarahkan ke pertambahan bobot badan. Menurut Hamidi (2006) bahwa pada saat ayam mengalami stres panas, maka ayam akan menurunkan konsumsi pakan sehingga mengakibatkan pencapaian bobot badan akhir tidak maksimal, sehingga mempengaruhi pencapaian terhadap bobot karkas menjadi tidak maksimal pula.   
Dilihat dari mortalitasnya pada pola mandiri memiliki mortalitas yang tinggi. Hal ini bisa di sebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu  karena cekaman panas akibat ruang gerak yang terbatas dan dapat pula di sebabkan oleh konsumsi pakan yang tidak diimbangi dengan aktifitas ternak tersebut dalam artian kebutuhan konsumsi ternak tidak sesuai dengan yang dimakannya dan bisa pula karena serangan penyakit. Menurut Rasyaf (2008) bahwa perbedaan pertumbuhan ini sangat tergantung pada perlakuan peternak, pembibit, atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut, sehingga peternak harus memperhatikan konversi pakan dan mortalitasnya. Petrawati (2003), tatalaksana perkandangan yang baik dapat meningkatkan produksi dan menekan angka kematian.
 Income Over Feed and Chick cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya operasional ternak. Pada pola mandiri secara otomatis harus mengeluarkan biaya operasional yang cukup banyak sebab perusahaan itu sendiri yang akan mengelola sendiri usahanya itu dan begitupula dengan hasil yang nantinya diperoleh akan diatur sendiri oleh perusahannya termasuk harga. Sebaliknya pada pola kemitraan hanya mengeluarkan biaya yang sedikit sebab peternak memiliki mitra yang siap untuk memberikan bantuan namun konsekuensinya peternak tersebut harus mengikuti harga pasar dan hasil yang ia peroleh nantinya akan dibagi bersama dengan mitranya.  Dalam suatu usaha peternakan, pakan memegang peranan yang sangat penting baik ditinjau dari segi produksi maupun dari segi ekonomi. Kekurangan salah satu nutrisi dalam pakan dapat menurunkan produksi ternak (Samadi dan Liebert, 2008). Sementara dari segi ekonomi, lebih kurang 70% biaya produksi dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak (Widodo, 2008).   Sedangkan indeks Broiler (IP) Khusus peternakan utama yang sering dipergunakan untuk mengukur keberhasilan peternakan yaitu indeks performan (IP).  Nilai IP digunakan untuk menentukan nilai insentif/ bonus bagi peternak (bagi kemitraan) maupun pekerja kandang. Berikut rumus indeks performan (IP) tersebut Anonim (2011):
IP = (100 - D) x BB x 100
         FCR x (A/U)                  
Dengan: IP= Indeks performan;D= persentase deplesi (%);BB=  bobot badan rata-rata saat panen (kg); FCR =feed conversion ratio; A/U  : umur rata-rata panen (hari). Standar IP yang baik ialah di atas 300. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan broiler tersebut.

Tabel 1. Spesifikasi Teknis Manajemen Pemeliharaan Ayam Pedaging
No.
Uraian
System pemeliharaan
Mandiri
kemitraan
1.
Strain Ayam
Cobb CP 707
Lohmann MB 202 P
2.
Kepadatan kandang
8 ekor/m2
8 ekor/m2
3.
Lama brooding
10 hari
10 hari
4.
Spesifikas ipakan



a.         Pre starter
·       Merk dagang
·       Bentuk fisik
·       Protein kasar (%)
·       Energy metabolisme (kkal/kg)
·       Lama pemberian
·       Produsen
-
-
-
-
-
-
-


MS40 HG
Butiran(Crumble)
23-24
3000-3100
Umur 1-14 hari
PT. Japfa Comfeed Indonesia

b.         Starter
·      Merk dagang
·      Bentuk fisik
·      Protein kasar (%)
·      Energy metabolisme (kkal/kg)
·      Lama pemberian
·      Produsen


CP 11
Butiran (Crumble)
21-23
3000-3100
Umur 1-14 hari
PT. Charoen Phokphand Indonesia

MS42
Butiran (Crumble)
21-23
3000
Umur 15-21 hari
PT. Japfa Comfeed Indonesia

c.     Finisher
·      Merk dagang
·      Bentuk fisik


·      Protein kasar (%)
·      Energy metabolisme (kkal/kg)
·      Lama pemberian
·      Produsen


SBC 12 + jagung
Tepung/ mash (33% konsentrat : 67% jagung)
17-18
2800-2900
Umur 15-35 hari
PT. Charoen Phokphand Indonesia

MS44
Pellet


19-21
2900-3000
Umur 22-35 hari
PT. Japfa Comfeed Indonesia
5.
Obat dan Vaksin



a.          Vaksin
·       Marek
·       New Castle Disease (ND)


·       Umur 1 hari
·       Umur 4 hari
·       Umur18 hari

·           Umur 1 hari
·           Umur 1 hari (kill + live)

·       IBD ( Gumboro)
·       -
·           Umur 1 hari

b.         Obat-obatan



·       Antibiotic
1. Oxytetracycline
           2. Amoxycylin + ColistinSulfat
           3. Erythromycin + doxycyclin

Minggu I dan II
-
-

-
Minggu I
Minggu II

·       Coccidiostat
Feed Aditive
Feed Aditive

·       Pro dan Prebiotik
-
-

c.     Vitamin dan Elektrolit
Minggu I dan II
Minggu I-V



KESIMPULAN
 Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan yang berbeda, dimana pola kemitraan memiliki nilai yang lebih baik pada berat badan akhir , konversi pakan, mortalitas, dan IP tetapi kurang dalam Konsumsi Pakan dan  Income Over Feed and Chick Cost.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwinarto, G. 2005. Pengaruh Cekaman Panas Terhadap Performans Dua Strain Ayam Broiler Fase Finisher (21 – 42 Hari). ( Word to PDF Converter - Unregistered ). Staf Pengajar Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Magelang.

Anonim. 2011. Berhasil atau Tidak Pemeliharaan Broiler Anda.  http:// info. medion. co. id/ index. php/ artikel/ broiler/ tata- laksana/ berhasil- atau- atau- tidakkah- pemeliharaan- broiler- and. Diakses Pada Tanggal 13  Desember 2013.

Brickett, K. E., J. P. Dahiya., H. L. Classen and S. Gomis. 2007. Influence of dietary nutrient density, feed form, and lighting. J. Poultry Sci 86: 2172-2181

Fijana, M.F, E. Suprijatna, U. Atmomarsono. 2012.  Pengaruh Proporsi Pemberian Pakan Pada Siang Malam Hari Dan Pencahayaan Pada Malam Hari Terhadap Produksi Karkas Ayam Broiler.  Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 697 – 710

Hamidi, B. 2006. Perlunya Broiler dipuasakan. Buletin CP. Edisi April N0.76/tahun VII.

Ilham, Rasyid, dan Sirajuddi, Sitti Nurani. 2013. Peran Pola Kemitraan Inti Plasma Pada Peternak Usaha Ayam Broiler. Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitasa Hasanuddin, Makassar.

Nova, K. 2005. Pengaruh perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam hari terhadap performans broiler strain CP 707. J. Anim. Prod 10 (2): 117-121

Petrawati. 2003. Pengaruh Unsur Iklim Mikro Kandang Terhadap Jumlah konsumsi Pakan dan Bobot Badan Ayam Broiler di Dua Ketinggian Tempat Yang Berbeda. Skripsi. Jurusan Geofisika Dan Meteorologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.

Rasyaf.  2008.  Pengololahan Usaha  Perternakan Ayam Pedaging.  PT. Gramedia. Jakarta.

Runnels, T. D., G. W. Malone and S. Klopp. 1976. The influence of feed texture onbroiler performance. Poultry Sci. 55 : 1958-1961.

Samadi dan Liebert, F., 2008. Modelling the optimal lysine to threonine ratio in growing chickens depending on age and efficiency of dietary amino acid utilisation. Br. Poult. Sci. 49(1):45-54.

Widodo, W., 2008. Ketahanan Pakan Unggas di Tengah Krisis Pangan. Fakultas Peternakan-Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Yunilas, Edhy Mirwandhono, dan Olivia Sinaga. 2005. Pengaruh Pemberian Tepung Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu. Jurnal Agribisnis peternakan Vol. 1, No. 2, agustus 2005: 62-66.

Yunus, Rita. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Program studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.










0 komentar: