Tuesday, November 4, 2014

SUMBER PENCEMARAN PANGAN MIKROBIOLOGIS

Standard

BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dewasa ini, kesadaran konsumen pada pangan adalah memberikan perhatian terhadap nilai gizi dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Faktor keamanan pangan berkaitan dengan tercemar tidaknya pangan oleh cemaran mikrobiologis, logam berat, dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Untuk dapat memproduksi pangan yang bermutu baik dan aman bagi kesehatan, tidak cukup hanya mengandalkan pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi juga diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen lingkungan, atau penerapan sistem produksi pangan yang baik (GMP- Good Manufacturing Practices) dan penerapan analisis bahaya dan titik kendali kritis (HACCP- Hazard Analysis and Critical Control Point).
Perkembangan industri pangan dewasa ini meningkat dengan sangat pesat, dan salah satu bahan baku yang banyak digunakan adalah produk-produk dari hasil peternakan seperti daging, susu dan telur. Masalahnya adalah, produk-produk tersebut sangat rentan terhadap kontaminasi kuman-kuman berbahaya. Permasalahan ini perlu diantisipasi dengan menerbitkan suatu metode untuk melakukan analisis resiko terhadap bahaya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sumber Pencemaran Pangan Akibat Mikrobiologi
Keracunan makanan (food poissoning) digunakan secara luas untuk semua penyakit yang disebabkan oleh masuknya makanan yang mengandung toksin. Pada penyakit yang diakibatkan oleh keracunan makanan, gejala yang terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun bersama dengan makanan/minuman terseb. Mikrobiologi pangan adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang sangat kecil tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang sering ditemukan pada pangan disebut mikrobiologi pangan. Yang dimaksud dengan pangan disini mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan maupun yang sudah diolah.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Mikroba yang merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan. Sedangkan mikroba yang menguntungkan adalah yang berperan dalam proses fermentasi pangan, misalnya dalam pembuatan tempe,oncom, kecap, tauco, tape dll. Oleh sebab itu dengan mengetahui sifat-sifat mikroba pada pangan kita dapat mengatur kondisi sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroba yang merugikan dapat dicegah, sedangkan mikroba yang menguntungkan dirangsang pertumbuhannya.
Mikroba terdapat dimana-mana, misalnya di dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan, dan manusia. Oleh karena itu mikroba dapat masuk ke dalam pangan melalui berbagai cara, misalnya melalui air yang digunakan untuk menyiram tanaman pangan atau mencuci bahan baku pangan, terutama bila air tersebut tercemar oleh kotoran hewan atau manusia. Mikroba juga dapat masuk ke dalam pangan melalui tanah selama penanaman atau pemanenan sayuran, melalui debu dan udara, melalui hewan dan manusia, dan pencemaran selama tahap-tahap penanganan dan pengolahan pangan. Dengan mengetahui berbagai sumber pencemaran mikroba, kita dapat melakukan tindakan untuk mencegah masuknya mikroba pada pangan.
Pangan yang berasal dari tanaman dan hewan yang terkena penyakit dengan sendirinya juga membawa mikroba patogen yang menyebabkan penyakit tersebut. Tangan manusia merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal dari luka atau infeksi kulit, dan salah satu bakteri yang berasal dari tangan manusia, yaitu Staphylococcus, dapat menyebabkan keracunan pangan. Selain itu orang yang sedang menderita atau baru sembuh dari penyakit infeksi saluran pencemaan seperti tifus, kolera dan disenteri, juga merupakan pembawa bakteri penyebab penyakit tersebut sampai beberapa hari atau beberapa minggu setelah sembuh. Oleh karena itu orang tersebut dapat menjadi sumber pencemaran pangan jika ditugaskan menangani atau mengolah pangan.
Kerusakan mikrobiologi pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
1.      Tingkat pencemaran mikroba pada pangan, yaitu semakin tinggi tingkat pencemaran mikroba maka pangan akan semakin mudah rusak.
2.       Kecepatan pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, yaitu aw, pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu, oksigen, dan kelembaban.
3.      Proses pengolahan yang telah diterapkan pada pangan, misalnya pencucian, pemanasan, pendinginan, pengeringan, dan lain-lain.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka pangan secara umum dapat dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan mudah tidaknya mengalami kerusakan, yaitu:
1.      Pangan yang mudah rusak, terutama pangan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan telur.
2.      Pangan yang agak mudah rusak seperti sayuran dan buah-buahan, roti, dan kue-kue.
3.      Pangan yang awet, terutama pangan yang telah dikeringkan seperti biji-bijian dan kacang-kacangan kering, gula, dan lain-lain.
Pangan yang mengalami kerusakan akan mengalami perubahan-perubahan seperti perubahan warna, bau, rasa, tekstur, kekentalan, dan lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut mungkin disebabkan oleh benturan fisik, reaksi kimia, atau aktivitas organisme seperti tikus, parasit, serangga, mikroba, dan lain-lain. Berikut ini dijelaskan tanda-tanda kerusakan, terutama kerusakan mikrobiologi, yang sering terjadi pada pangan.
-          Sayuran, Buah-Buahan dan Produknya
Kerusakan sayuran dan buah-buahan sering terjadi akibat benturan fisik, kehilangan air sehingga layu, serangan serangga, dan serangan mikroba. Sayur-sayuran yang mudah rusak misalnya adalah kubis, tomat, wortel, dan lain-lain. Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada sayuran dan buah-buahan antara lain adalah:
a.       Busuk air pada sayuran yang disebabkan oleh pertumbuhan beberapa bakteri, ditandai dengan tekstur yang lunak (berair).
b.      perubahan warna yang disebabkan oleh pertumbuhan kapang yang membentuk spora berwarna hitam, hijau, abu-abu, biru, ¬hijau, merah jambu, dan lain-lain.
c.       Bau alkohol, rasa asam, disebabkan oleh pertumbuhan kamir atau bakteri asam laktat, misalnya pada sari buah.
-          Daging dan Produk Daging
Daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi karena kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta banyak mengandung vitamin dan mineral. Kerusakan pada daging ditandai dengan perubahan bau dan timbulnya lendir. Biasanya kerusakan ini. terjadi jika jumlah mikroba menjadi jutaan atau ratusan juta (106 – 108) sel atau lebih per 1 cm2 luas permukaan daging. Kerusakan mikrobiologi pada daging terutama disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a.       Pembentukan lendir
b.      Perubahan warna
c.       Perubahan bau menjadi busuk karena pemecahan protein dan terbentuknya senyawa-senyawa berbau busuk seperti amonia, H2S, dan senyawa lain-lain.
d.      Perubahan rasa menjadi asam karena pertumbuhan bakteri pembentuk asam.
e.       Ketengikan yang disebabkan pemecahan atau oksidasi lemak daging.
Pada daging yang telah dikeringkan sehingga nilai aw-nya rendah, misalnya daging asap atau dendeng, kerusakan terutama disebabkan oleh pertumbuhan kapang pada permukaan. Pada daging yang dikalengkan, kerusakan dapat di.sebabkan oleh bakteri pembentuk spora yang kadang-kadang membentuk gas sehingga kaleng menjadi kembung.
-          Ikan dan Produk Ikan
Kerusakan pada ikan dan produk-produk ikan terutama disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk. Tanda-tanda kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pada ikan yang belum diolah adalah:
a.       Pembentukan lendir pada permukaan ikan.
Bau busuk karena terbentuknya amonia, H2S dan senyawa-senyawa berbau busuk lainnya. Perubahan bau busuk (anyir) ini lebih cepat terjadi pada ikan laut dibandingkan dengan ikan air tawar.
b.      Perubahan warna, yaitu warna kulit dan daging ikan menjadi kusam atau pucat.
c.       Peruhahan tekstur, yaitu daging ikan akan berkurang kekenyalannya.
d.      Ketengikan karena terjadi pemecahan dan oksidasi lemak ikan.
Pada ikan asin yang telah diolah dengan pengeringan dan penggaraman sehingga aw ikan menjadi rendah, kerusakan disebabkan oleh pertumbuhan kapang. Pada ikan asin dan ikan peda yang mengandung garam sangat tinggi (sekitar 20%), kerusakan dapat disebabkan atau bakteri yang tahan garam yang disebut bakteri halofilik
-          Susu dan Produk Susu
Susu merupakan salah bahan pangan yang sangat mudah rusak, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada susu adalah sebagai berikut:
a.       Perubahan rasa menjadi asam, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk asam, terutama bakteri asam laktat dan bakteri koli.
b.      Penggumpalan susu, disebabkan oleh pemecahan protein susu oleh bakteri pemecah protein. Pemecahan protein mungkin disertai oleh terbentuknya asam atau tanpa asam.
c.       Pembentukan lendir, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk lendir.
d.      Pembentukan gas, disebabkan oleh pertumbuhan dua kelompok mikroba, yaitu bakteri yang membentuk gas H2 (Hidrogen) dan CO2 (karbon dioksida) seperti bakteri koli dan bakteri pembentuk spora, dan bakteri yang hanya membentuk CO2 seperti bakteri asam laktat tertentu dan kamir.
e.       Ketcngikan, disebabkan pemecahan lemak oleh bakteri tertentu.
f.       Bau busuk, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pemecah protein menjadi senyawa-senyawa berbau busuk.
-          Telur dan Produk Telur
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Mikroba dari air, udara maupun kotoran ayam dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur. Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak dibandingkan dengan telur yang masih utuh.

Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah sebagai berikut:
a.       Perubahan fisik, yaitu penurunan berat, pembesaran kantung udara di dalam telur, pengenceran putih dan kuning telur.
b.       Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
c.       Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri pembentuk wama, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
d.      Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Pencucian  telur dengan air tidak menjamin telur menjadi lebih awet, karena jika air pencuci yang digunakan tidak bersih dan tercemar oleh bakteri, maka akan mempercepat terjadinya kebusukan pada telur. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencuci telur yang tercemar oleh kotoran ayam menggunakan air bersih yang hangat.
-          Biji-Bijian dan Umbi-Umbian
Kandungan utama pada biji-bijian (serealia dan kacang-kacangan) serta umbi-umbian adalah karbohidrat, oleh karena itu kerusakan pada biji-bijian dan umbi-umbian sering disebabkan oleh pertumbuhan kapang yaitu bulukan. Biji-bijian dan umbi-umbian umumnya diawetkan dengan cara pengeringan, tetapi jika proses pengeringannya kurang baik sehingga aw bahan kurang rendah, maka sering tumbuh berbagai kapang perusak pangan.
-          Makanan Kaleng
Kerusakan makanan kaleng dapat dibedakan atas kerusakan fisik, kimia dan mikrobiologi. Kerusakan fisik pada umumnya tidak membahayakan konsumen, misalnya terjadinya penyok-penyok karena benturan yang keras. Kerusakan kimia dapat berupa kerusakan zat-zat gizi, atau penggunaan jenis wadah kaleng yang tidak sesuai untuk jenis makanan tertentu sehingga terjadi reaksi kimia antara kaleng dengan makanan didalarnnya. Beberapa kerusakan kimia yang sering terjadi pada makanan kaleng misalnya kaleng menjadi kembung karena terbentuknya gas hidrogen, terbentuknya warna hitam, pemudaran warna, atau terjadi pengaratan kaleng. Kerusakan mikrobiologi makanan kaleng dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Tidak terbentuk gas sehingga kaleng tetap terlihat normal yaitu tidak kembung. Beberapa contoh kerusakan semacam ini adalah:
a.       Busuk asam, yang disebabkan oleh pernbentukan asam oleh beberapa bakter-i pembentuk spora yang tergolong Bacillus.
b.      Busuk sulfida, yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk spora yang memecah protein dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) sehingga makanan kaleng menjadi busuk dan berwarna hitam karena reaksi antara sulfida dengan besi.
Penampakan kaleng yang kembung dapat dibedakan atas beberapa jenis sebagai berikut:
a.       Flipper, yaitu kaleng terlihat nonnal, tetapi bila salah satu tutupnya ditekan dengan jari, tutup lainnya akan menggembung.
b.      Kembung sebelah atau springer, yaitu salah satu tutup kaleng terlihat normal, sedangkan tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang kembung ditekan akan masuk ke dalam, sedangkan tutup lainnya yang tadinya normal akan menjadi kembung.
c.       Kembung lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras dan masih dapat ditekan dengan ibu jari.
d.      Kembung keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras sehingga tidak dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut dimana gas yang terbentuk sudah sangat banyak, kaleng dapat meledak karena sambungan kaleng tidak dapat menahan tekanan gas dari dalam.

B.     Contoh Kasus Keracunan Pangan Akibat Mikrobiologi
Kasus keracunan massal akibat minuman cincau hijau di Kabupaten Kuningan beberapa waktu lalu diduga disebabkan oleh bakteri. Meski pemeriksaan sampel cuwing atau minuman tradisional berbahan dasar cincau hijau tersebut masih dilakukan, namun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan Raji K Sarji menduga keracunan akibat bakteri.
“Berdasarkan gejala umum yang dialami para korban keracunan yang mengalami reaksi setelah 3 jam, kami menduga keracunan disebabkan oleh bakteri. Jika reaksi dari makanan dirasakan kurang dari 2 jam, keracunan biasanya diakibatkan zat kimia,” kata Raji kepada jurnalcirebon. Dia menduga bakteri tersebut berasal dari air yang digunakan untuk mengolah cincau tersebut. “Bisa jadi air yang digunakan merupakan air yang tercemar atau air mentah sehingga bakterinya tidak mati,” ujar dia. Seperti diketahui, kasus keracunan cincau menimpa warga di dua desa di Kuningan akhir pekan lalu. Data akhir di Dinas Kesehatan jumlah kirban keracunan mencapai 101 orang.
Sementara itu, polisi masih memeriksa penjual cuwing,Tisna (46), warga Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi. “Kami masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium sebagai dasar pemeriksaan pedagang cincau tersebut,” kata Kasat Reskrim Polres Kuningan AKP Sobirin.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mengungkapkan, kasus keracunan makanan yang menimpa sejumlah pekerja belakangan ini kebanyakan disebabkan oleh bakteri koli dan bakteri botulimus. Bakteri ini masuk pada makanan yang sudah busuk atau makanan yang mengandung zat pengawet.
 Makan tersebut umumnya telah kadaluarsa dan tercemar karena proses pengolahan atau memasaknya tidak bersih. "Bakteri itu berasal dari zat makanan yang diolah tanpa memperhatikan kebersihan," ujar Hani Heryanto, Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Tangerang, Selasa (27/12).
 Menurut dia, bakteri yang masuk ke dalam makanan itu tidak langsung bereaksi ketika habis disantap. "Biasanya bereaksi beberapa jam setelah itu, tergantung kondisi tubuh," paparnya. Hani menambahkan, bakteri koli menyerang pencernaan. Apabila korban tidak segera mendapat pertolongan bisa menyebabkan kematian.
 Cara kerja bakteri ini, menurutnya, berbeda dengan bakteri kolera yang lebih ganas. Hani mengakui jika kasus keracunan makanan secara massal kerap kali terjadi beberapa waktu terakhir ini. Kebanyakan sumber keracunan berasal dari makanan yang dibuat dari usaha katering.
Sepanjang  ini, tambah Hani, puluhan kasus keracunan makanan dengan skala kecil maupun besar. Korbannya mencapai ribuan orang. Kasus terakhir menimpa sekitar 6.500 buruh PT Prima Inreksa. Perusahaan sepatu merek Adidas itu berlokasi di Jalan Raya Industri IV, Blok AG KM 8, Cikupa, Tangerang.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan konsumen. Teknologi pangan diharapkan berperan dalam perancangan produk, pengawasan bahan baku, pengolahan, tindak pengawetan yang diperlukan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi produk sampai ke konsumen. Industri pangan merupakan industri yang mengolah hasil–hasil pertanian sampai menjadi produk yang siap dikonsumsi oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kasus Keracunan. http://www.jurnalcirebon.com

Anonim. 2011. Kunci kemananpangan. http://www. Superindo .co.id/hidup_sehat/info_sehat/lima_kunci_keamanan_pangan diakses pada 09 Maret 2014)


Haryo. 2013. Keracunan Sukoharjo penyebab makanan http://www.solopos.com /2013/05/20/keracunan-sukoharjo-penyebab-keracunan-makanan-di-tawangsari-akibat- ba kteri-408300 diakses pada 09 Maret 2014)

Hartoko. 2013.  Keamanan pangan. http://hartoko.wordpress.com/keamanan-pangan/ diakses pada 09 Maret 2014)

Prawira. 2013.  Manajemen mutu pangan. http://yprawira.wordpress .com/ manajemen- mutu-dan-keamanan-pangan/ diakses pada 09 Maret 2014)

sari. 2013. http://jurnal.batan.go.id/index.php/jair/article/view/80 diakses pada 09 Maret 2014)

Sueb. 2011. Keracunan makanan http://buletinsulteng. wordpress. Com /2011/11/03/laporan-hasil-klb-keracunan-makanan-di-sdn-12-palu-kel-siranindi-kec-palu-barat-kota-palu-pebruari-2011/ diakses pada 09 Maret 2014)
Utha. 2011. Mikrobiologi Pangan. http://ilmuthp.wordpress.com/serba-serbi/3-mikrobiolog i-pangan/ (diakses pada 09 Maret 2014)



0 komentar: