Tuesday, May 14, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM ES KRIM, DAGING CURING DAN DAGING ASAP

Standard

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan Ice Cream dan Daging Asap dilaksanakan pada hari senin, tanggal 6 Mei 2013 pukul 14.00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan praktikum Pembuatan Ice Cream dan Daging Asap adalah sendok makan, baskom, mangkok, panci, sendok pengaduk, prirng pelastik, mixer, cup ice cream, sendok ice cream, lemari es, lemari asap, pisau, termometer, timbangan, gelas ukur, talenan dan kompor.
Bahan yang digunakan praktikum Pembuatan Ice Cream dan Daging Asap adalah air (250 ml untuk pembuatan ice cream), susu rekonstruksi 20 % (50 gram), gula 10 % (25 gram), wippy cream 9 % (22,5 gram), krimer nabati 7 % (17,5 gram), agar – agar 0,5 % (1, 25 gram), aluminium foil, es batu, garam, kuning telur, essence rasa cokelat, daging 150 gram, sendawa, tempurung kelapa, benang tembaga dan korek api.
Prosedur Kerja
1.                  Pembuatan Ice Cream
Prosedur kerja dari pembuatan ice cream adalah pertama – tama menyiapkan semua alat dan bahan. Memasukkan 250 ml air ke dalam baskom kecil lalu menambahkan susu rekonstruksi 20 % (50 gram), gula 10 % (25 gram), wippy cream 9 % (22,5 gram), krimer nabati 7 % (17,5 gram) dan agar – agar 0,5 %(1, 25 gram) lalu melakukan pasteurisasi sambil mengaduk terus hingga suhu menjadi 670 C sampai 700 C. Membiarkan adonan dingin lalu membungkus dengan aluminium foil, selanjutnya memasukkan ke dalam kulkas selama 1,5 jam. Setelah itu, memberi garam pada es batu di sekitar adonan dan memutar adonan dengan menggunakan mixer hingga mengembang, menambahkan satu sendok makan kuning telur dan essence rasa cokelat secukupnya. Selanjutnya, memasukkan adonan ke dalam cup ice cream dan menutup dengan aluminium foil lalu menyimpan di dalam freezer selama 1 malam, kemudian melakukan uji organoleptik.
2.                  Pembuatan Daging Asap
Prosedur kerja pembuatan daging asap adalah pertama – tama menyiapkan semua alat dan bahan. Membersihkan daging dari lemak dan tendon lalu mengambil potongan daging seberat 100 gram. Melumuri daging dengan sendawa secukupnya dan merendam dengan air selama 1,5 jam. Mengisi lemari asap dengan tempurung kelapa hingga api pengasapan siap digunakan. Selanjutnya mengikat daging dengan benang tembaga lalu menggantungnya di dalam lemari asap selama 2 jam. Setelah itu, mendiamkan daging asap selama tiga hari kemudian melihat perbandingan daging sebelum pengasapan dan setelah pengasapan.




HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Ice Cream
Berdasarkan uji organoleptik pada ice cream yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 15. Hasil Uji Organoleptik Pada Ice Cream
No.
Parameter
Skala
Keterangan
1.
Hedonik (Kesukaan)
4
Suka
2.
Tekstur
3
Agak Kasar
3.
Kemanisan
3
Sedikit Manis
Sumber:Data Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, 2013.
Berdasarkan data pada tabel 15 di atas diketahui bahwa dari hasil uji organoleptik kesukaan panelis pada ice cream bernilai 4 yang artinya suka. Rasa suka pada ice cream ini dapat disebabkan dari komposisi adonan yang sesuai dengan takaran sehingga menghasilkan rasa ice cream yang enak. Hal ini didukung oleh pendapat Padaga (2005) bahwa pada pembuatan es krim, komposisi adonan akan sangat menentukan kualitas es krim tersebut nantinya. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut, mulai dari bahan baku, proses pembuatan, proses pembekuan, packing, dan sebagainya.
Selain komposisi bahan dalam adonan, proses homoseksual homogenisasi juga sangant berpengaruh terhadap rasa ice cream yang dihasilkan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Julianti (2011) bahwa manfaat homogenisasi yaitu bahan campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula lemak selama pembekuan, memperbaiki tekstur dan kelezatan, mempercepat aging dan produk yang dihasilkan lebih seragam.
Dari segi tekstur diketahui ice cream bernilai 3 yang artinya panelis merasa bahwa ice cream berteksture Kasar. Tekstur kasar pada ice cream dipengaruhi oleh penambahan agar-agar sebagai penstabil es krim terlambat di masukkan di dalam adonan sehingga tekstur dari adonan agak kasar. Hal ini tidak sesuai pendapat Padaga (2005), bahwa prinsip pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada campuran  bahan  es  krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga diperoleh pengembangan volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai tekstur yang lembut.
Tekstur halus pada es krim juga dipengaruhi oleh unsur protein yang terkandung pada krimer nabati yang dapat menstabilkan emulsi lemak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Suprayitno (2010), bahwa unsur protein dalam pembuatan es krim berfungsi untuk menstabilkan emulsi lemak setelah proses homogenisasi, menambah citarasa, membantu pembuihan, meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan dan tekstur es krim yang lembut.
Tingkat kemanisan pada ice cream bernilai 3 yang artinya sedikit manis. Tingkat kemanisan dipengaruhi oleh pemberian gula 10 %  atau seberat 25 gram. Gula berfungsi sebagai bahan pembuatan ice cream yang memberikan cita rasa manis. Hal ini sesuai pendapat Padaga (2005), bahwa bahan pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah gula pasir (sukrosa) dan gula bit yang  selain berfungsi memberikan rasa manis, juga dapat meningkatkan citarasa, menurunkan titik beku yang dapat membentuk kristal-kristal es krim yang halus sehingga meningkatkan penerimaan dan kesukaan konsumen. Penambahan bahan pemanis sekitar 12% sampai 16%.
B.                 Daging Asap
Berdasarkan uji organoleptik pada daging asap yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 16. Perbandingan Daging Sebelum dan Setelah Pengasapan
No.
Parameter
Sebelum Pengasapan
Setelah Pengasapan
1.
Berat
100 gram
85 gram
2.
Warna
Merah Pucat
Coklat
3.
Tekstur
Berserat
Halus
4.
Aroma
Bau Khas Daging
Bau Asap
Sumber:Data Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, 2013.
Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa berat daging sebelum diasapi adalah 100 gram dan setelah diasapi berkurang menjadi 85 gram. Turunnya berat daging setelah pengasapan dapat disebabkan karena adanya proses pemanasan secara pengasapan sehingga kandungan air dalam daging berkurang. Melalui penurunan kandungan air daging, maka mikroba akan susah untuk tumbuh pada daging asap tersebut. Hal ini sesuai pendapat Dwiari (2008), bahwa Pengasapan merupakan suatu metode untuk mengurangi / mengeluarkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Penurunan kadar air bahan pangan dengan pengasapan dapat menurunkan kandungan air dan menyebabkan pemekatan dari bahan - bahan yang ditinggal seperti karbohidrat, lemak , protein sehingga bahan pangan memiliki kualitas simpan yang lebih baik.
Berdasarkan data pada tabel  di atas diketahui bahwa pada uji parameter warna daging sebelum diasapi adalah berwarna merah pucat dan setelah diasapi berwarna coklat. Perubahan warna daging menjadi coklat disebabkan karena daging tersebut telah melakukan rekasi antara senyawa karbonil asap dengan asama amino daging saat proses pengasapan. Pembentukan warna berhubungan erat dengan reaksi Maillard yang terbentuk karena reaksi antara senyawa karbonil asap dengan komponen amino di permukaan daging. Hal ini juga didukung oleh pendapat Dwiari (2008) yang mengatakan bahwa pada prinsipnya semua jenis daging dapat mengalami proses curing, tetapi yang lebih baik adalah daging sapi atau daging yang memiliki pigmen merah karena produk akhir akan berwarna merah mahoni (kecoklatan), warna yang diinginkan untuk daging yang diasap.
Perubahan warna daging yang telah diasapi menjadi coklat bersifat reversible (dapat balik), hal ini sesuai Anonim (2008) bahwa warna daging sapi yang baru diiris biasanya merah gelap. Warna tersebut berubah menjadi terang (merah ceri) bila daging dibiarkan terkena oksigen. Perubahan warna merah gelap menjadi terang tersebut bersifat reversible (dapat balik). Namun, bila daging tersebut terlalu lama terkena oksigen, warna merah terang akan berubah menjadi cokelat.
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui pula bahwa tekstur daging sebelum diasapi berserat dan setelah diasapi menjadi bertekstur halus. Tekstur halus yang diperoleh pada daging asap disebabkan karena adanya tambahan sendawa yang dilumurkan pada daging lalu direndam selama 1,5 jam sebelum diasapi. Sendawa sebagai bahan tambahan pangan dapat mempengaruhi tekstur daging asap. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2008) yang mengatakan bahwa sendawa mampu mempertahankan warna, aroma, dan tekstur selama proses pemasakan sehingga memberikan daya tarik sensorik. Hal ini juga didukung oleh pendapat Anonim (2008) yang menyatakan bahwa BTP adalah bahan yang tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan, dan penambahannya ke dalam pangan ditujukan untuk mengubah sifat-sifat makanan seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, keken­talan, dan aroma, untuk mengawetkan, atau untuk mempermudah proses pengolahan.
Dari kualitas aroma diketahuia bahwa daging sebelum diasapi beraroma bau khas daging, sedangkan setelah diasapi menghasilkan aroma dengan bau asap. Tingkat aroma asap yang dihasilkan pada daging yang telah diasapi dipengaruhi oleh jumlah asap, ketebalan asap, dan kecepatan aliran asap dalam alat pengasap. Hal ini sesuai pendapat Suharyanto (2007) bahwa faktor Jumlah asap, ketebalan asap, dan kecepatan aliran asap dalam alat pengasap akan mempengaruhi hasil produk akhir pada pengolahan daging asap. Jika jumlah asap, ketebalan asap dan aliran asap yang kontak dengan bahan sedikit, maka cita rasa dan bau asap yang dihasilkan pun berkurang. Begitu pula sebaliknya, semakin banyak jumlah asap, semakin tebal asap dan semakin cepat aliran asap yang ada dalam alat pengasap maka cita rasa dan bau asap yang akan dihasilkan pada produk akhir akan sangat beraroma asap.
Aroma bau asap yang dihasilkan pada daging asap ini dapat dilihat dari salah satu tujuan dilakukannya pengasapan daging yaitu untuk menghasilkan cita rasa asap (smoky flavor).  Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiari (2008), yang menyatakan bahwa pengasapan memiliki tujuan untuk pengawetan dan membentuk sifat organoleptik yang meliputi cita rasa asap (smoky flavor).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum Pembuatan  Ice Cream dan Daging Asap yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ice cream yang dihasilkan disukai oleh panelis karena bertekstur lembut dan rasanya sedikit manis. Daging asap yang dihasilkan berwarna coklat, memiliki tekstur halus dan beraroma asap.
Saran
Sebaiknya laboratorium dipeluas dan alat – alat yang diperlukan untuk praktek dilengkapi sehingga proses praktikum dapat berjalan lebih maksimal.











LAMPIRAN
Hasil Uji Organoleptik Ice Cream
                       4 (5)
Kesukaan  =
                        5

        20
 =
                        5

 =   4

                  2 (4) + 3 (3)
Tekstur  =
                        5

        17
 =
                        5

 =   3,4 = 3

                        
                         2 (4) + 3 (3)
Kemanisan =
                                5

            17
      =
                             5

      =   3,4 = 3











0 komentar: