Wednesday, May 15, 2013

THE GREAT RUMINANT "EVALUASI BAHAN PAKAN"

Standard


Untuk menggunakan sutau bahan sebagai bahan pakan, maka bahan tersebut seaiknya dievaluasi terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan campuran ransum atau sebagai bahan ransum. bbehh, mante gak tuuh, pakan buat ternak aja harus dievaluasi terlebih dahulu. iyalah karena ini berhubungan dengan kuualitas produksi si ternaknya itu nanti. jadi baut kamu,, kamu,, dan kamuu yang sering ngemil pake upil, kurang-kurangin yahh, masa ternak aja harus makan pakan yang berkualtas sedangkan kamu hanya nyomotin upil tiep hari.
Penggunaan suatu bahan pakan sebagai pakan disesuaikan dengan anatomi alat pencernaan ternak yang mau diberi makan. Oleh sebab itu, bahan pakan harus betul-betul dievaluasi dengan baik agar ternak dapat memanfaatkan pakan tersebut secara efisiensi.
Jenis evaluasi yang dapat dilakukan adalah evaluasi secara fisik, biologis, dan ekonomi. Diamping evaluasi tersebut, perlu juga dlakukan survey ketersediaan bahan pakan sepanjang tahun dan lokasi sumber bahan pakan tersebut.
5.1 Evaluasi Secara Fisik
            Evaluasi secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara makro dan mikro. Evaluasi secara makro diidentifikasi mengenai struktur, warna, dan rasa dari bahan tersebut. Hal tersebut dilaksanakan, karena erat hubungannya dengan palatabilitas ternak dan daya cerna. Evaluasi secara mikro dilaksanakan dengan cara menggunakan alat microskop. Dengan menggunkan mikroskop dapat dibedakan partikel berbagai bahan waluapun telah digiling secara halus. Dengan menggunakan mikroskop dapat dideteksi adanya pemalsuan mengenai bahan pakan. Mislanya, pemalsuan dedak halus dapat diketahui dengan menambahkan sekam yang telah digiling halus.
            Demikianlah pula, pemlasuan tepung darah dapat diketahui dengan menambhakan tepung arang. Pemalsuan suatu ransum dapat diketahui dengan penambahan urea dalam ransum. Bila ransum tersebut dianalisis menggunakan  cara keidah maka akan didapatkan bahwa ransum tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi, tetapi ternak yang mengkonsumsi ransum tersebut, utamanya monogastrik tidak akan menghasilkan petumbuhan yang baik disebabkan karena adanya penambahan urea dalam ransum. Pemalksuan tersebut dapat dengan cepat diketahui bila ransum terebut dievaluasi secara mikroskopis.
5.2 Evaluasi Secara Kimia
            Adanya beberapa metode yang dilakukan untuk mengtahui atau mengevaluasi kandungan zat-zat makanan dalam suatu bahan pakan. Untuk mengetahui kandungan zat-zat tersebut, telah dikenal berbagai metode sebagai berikut :
5.2.1 Metode Proksimasi Analisis (Proximate Analysis)
            Penggunaan metode ini untuk mengetahui secara kasar mengenai kandungan air, bahan kering, kandungan protein kasar, serat kasar, mineral dan bahan ekstra tiada N (BETN). Penggunaan metode ini memiliki beberapa kelemhan seperti hasil analisis kandungan protein. Dalam proses analisisnya, yang dianalisis adalah kandungan Nitrogen (N) kemudian kadar N dikalikan dengan faktor 6,25. Fakto 5,25 ini berasal dari esensi bahwa kadar Nitrogen (prosentase N) pada berbagai protein bhawa pakan adalah rata-rata 16%. Oleh sebab itu, bila mengetahui kadar Nitrogen suatu bahan pakan, maka otomatis dapat menghitung kandungan proteinnya dengan mengalikan faktor 6,25. Faktor 6,25 berasal 100/6 = 6,25. Jadi bila kadar N 2% maka kadar protein bahan tersebut adalah 2% x 6,25 = 12,5%. Kelemahan metode ini adalah bahwa tidak semua zat yang mnegandung N adalah protein. Oleh sebab itu, dalam mengkalkulasikan kadar protein ransum dengan menggunakan kadar protein analisis kheidal dapat terjadi over estimate.
            Hal yang lain adalah penentapan kadar lemak. Dengan metode ini diasumsikan bahwa kadar tersebut adalah kadar lemak yangb mengandung kalori sebesar 9,45 kcal. Padahal kenyataanya lemak kasar tersebut bergabung dalam berbagai bentuk lemak. Demikian pula, mengenai bahan ekstra tiada N (BETN). Kadarnya diperoleh setelah bahan kering dikurangi dengans serat kasar, protein kasar, lemak kasar dan kandunga abu  atau mineral. Apabila terjadi over estimate atau under estimate pada bahan pengurangan maka kadar BETN tentu pula tidak terlalu tepat yang diperoleh dari metode  proximate analysis. Penentuan kadar serat kasar dapat pula terjadi over estimate atau under estimate sebab pada dasarnya analisisnya diasumsikan bahwa bahan yang ditempatkan pada daerah asam kemudian ditempatkan pada daerah basa, semua substrat yang tidak tercerna adalah serat kasar. Hal ini dilakukan oleh “Weendy” yang meniru keadaan pencernaan pada manusia, bahwa bahan dicerna pada lambung dalam keadaan asam sedangkan pencernaan yang terjadi di usus halus adalah dalam keadaan basa, zat yang tidak tercerna disebutnya sebagai serat kasar.
5.2.2 Metode Van Soest
            Van Soest mencoba melakukan analisis bahan pakan untuk tanaman terutamanya rumput dan leguminosa. Pada prinsipnya Van Soest membagi atau memisahkan antara dinding sel dan isi sel tanaman. Dinding sel dibagi dua bagian yaitu, bagian pertama termasuk tidak mempunyai nilai gizi dan bagian kedua nilai gizi. Evaluasi dengan metode Van Soest pada dasrnya menggambarkan bahwa tanaman rediri atas sel apabila tanaman bertambah tua, maka dinding selnya akan menebal dan dalam proses penebalan dinding sel tersebut dipengaruhi oleh adanya campur tangan lignin. Hal inilah yang menyebabkan makin tua tanaman makinsulit dicerna dinding tanaman tersebut. Tetapi untuk ternak ruminansia dan ternak bercaecum besar seperti kuda, dinding sel tanaman yang menebal tersebut dapat dicerna krean dinding sel tersebut terdiri atas Sellulose dan Hemisellulose. Sellulose dan Hemisellulose dpat dicerna karena adanya enzim yang dihasilkan oelh mikroorgainsme dalam rumen dan caecum tetapi pada caecum pencernaan sellulose dan hemisellulose tidak seefektif dengan di rumen. Sellulose dapat diurai menjadi sellobiose dan selanjutnua sellobiose dapat diurai menjadi dua glucose. Hemisellulose dapat diurai menjadi xylose, glucose galactose dan arabinose. Dengan demikian, sellulose dan hemisellulose dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi ternak ruminansia maupun pada kuda.
5.2.3 Metode Amino Acid Analyzer

Bahan Pakan
 
            Metode menggunakan amino acid analyzer untuk mengetahui kandungan asam-asam amino suatu bahan pakan. Hal ini sangat penting untuk ternak monogastrik seperti ayam, itik, babi dll.

Dinding Sel                                                    Isi Sel
 
           


G
Pentingnya mengetahui kandungan asam-asam amino adalah untuk mengtahui secara kuantitatif kandungan asam amino essensialnya dan kandungan asam amino non-essensialnya. Sebab pada umumnya asam-asam amino esensial tidak dapat disintesa dalam tubuh ternak monogastrik.
5.2.4 Metode Bom Calorimeter
            Metode itu digunakan untu mengetahui kandungan energi suatu bahan yang dianalisis. Berdasarkan literatur, energi yang dihasilkan oleh satu perubahan ATP menjadi ADP adalah 11 calori dalam astu molekul glucose dapat menghasilkan 38 ATP. Secara umum kandungan energi karbohidrat adalah 4,15 kcal/gr, lemak 9,40 kcal/gr dan protein 5,65 kcal/gr. Dengan demikian lemk mengandung 2½ kali lipat energi per berat dibanding dengan karbohidrat dan protein.
Kilo kalori (Kcal) adalh jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur satu kilogram air dari temperatur 14,5ºC menjadi 15,5ºC. Energi yng terdapat pada suatu bahan pakan dalam bentuk karbohidrat, protein dan lemak. Hal terebut dapat terjadi karena adanya proses photosintesis pada daun tanaman yang merubah energi cahaya matahari dalam bentuk gelombang menjadi energi kimia yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat, protein dan lemak. Energi yang dikandung dalam suatu bahan pakan atau ransum disebut gross energi atau total energi. Total energi ini kemudian dimakan oleh ternak dan dicerna. Hasilnya akan emjadi energi tercerna dan energi tidak tercerna. Energi tidak tercerna ini akan keluar dalam bentuk kotoran. Sedangkan energi tercerna akan mngalami proses energi terserap dan energi tidak terserap. Energi terserap akan menjadi energi metabolik dan energi yang keluar dalam bentuk urine.
            Dari energi metabolik akan menjadi energi tersimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak, daging, bulu atau glicogen atau dalam bentuk lain yang apabila ternak tersebut menghasilkan susu, daging, telur tau tenaga maka energi tersebut akan dimanfaatkan bila ada dalam bentuk net energi.
5.2.5 Metode “Atomic Absorbtion”
            Metode ini menggunakan untuk menganalisis berbagai mineral, baik mineral makro amupun mineral mikro.
5.2.6 Analisis Kandungan Vitamin
            Analisis kandugan vitamin dilakukan untuk mengetahui kandungan vitamin satu bahan makanan, baik vitamin yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K
5.2.7 Analisis Kandungan Berbagai Zat Anti Nutrisi
            Analisisi ini dilakukan untuk menjadi suatu pertimabang dalam menyusun suatu ransum untuk ternak.
5. 3 Evaluasi Secara Biologi
            Evaluasi suatu bahan pakan atau ransum dapat dilakukan secara biologi untuk mengetahui palatabilitasnya, daya cernanya, daya serap, angka manfaat, dan nilai tinggal suatu zat makanan.
5.3.1 Palatabilitas
            Palatabilitas adalah daya kesukaan ternak terhadap suatu bahan pakan atau ransum. Palatabilitas ditentukan oleh kualitas bahan tersebut atau kebiasaan ternak terhadap bahan atau ransum. Palatabilitas diasosiasikan dengan jumlah pakan yang dimakan atau dikonsumsi (feed intake). Konsumsi atau feed intake dapat dihitung dari pakan yang ditawarkan dikurangi dengan pakan yang tersisa.
KP = PYT – PS
Keterangan :
KP       =         Konsumsi Pakan
PYT     =          Pakan yang ditawarkan
PS        =         Pakan Sisa
5.3.2 Daya Cerna
            Evaluasi daya cerna dapat dilakukan dengan berbagai metode. Daya cerna dapat dipengaruhi dengan kemampuan ternak memotong atau mengunyah pakan. Keadaan fisik dan kima pakan dan ketrsediaan enzim untuk memutuskan rantai-rantai zat pakan dalam proses pencernaan. Pencernaan pakanpada ternak ruminansia berbeda dengan ternak monogastrik seperti unggas dan babi. Pada ternak ruminansia dan pada ternak kuda dapat mecerna bahan pakan yang mempunyai serat kasar yang tinggi yang dalam bentuk sel yang menebal yang dibangun oleh sellulose dan hemisellulose.
            Pada ternak ruminansia dan kuda dapat mencerna bahan rumput atau leguminosa atau hasil ikutan pertanian yang dibangun oleh sel yang berdinding tebal. Hal itu disebakan oleh karena pada rumen ternak ruminansia dan pada caecum tenak kuda berkembang berbagai mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim yag dapat memutuskan rantai pengikatyang terdapat pada sellulose dan hemisellulose.
            Sebenarnya sellulose dibangun oleh sellubiose. Sellubiose dibangunoleh dua molekul glucose yang mempunyai ikatan hubungan Beta 1,4. Ikatan Beta 1,4 hanya dapat diputuskan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, biasa dikatakan bahwa sellulose sulit dicerna. Karena hanya dapat dicerna pada alat pencernaan ruminansia dan caecum kuda yang memelihara mikroorganisme. Sedangkan pada maltose yang juga dibangun oleh dua molekul glucose tetapi terikat dalam hubungan Alfa 1,4. Hal ini disebut mudah dicerna sebab enzim yang dapat memutuskan hubungan Alfa 1,4 tersebut pada umumnya dihasilkan oleh alat pencernaan monogastrik. Pada bahan pakan yang dibangun oleh sell, enzim terlebih dahulu mencerna dinding sel baru dapat mencerna zat-zat yang ada pada isi sel. Proses pencernaan sebenarnya adalah penguraian bahan pakan menjadi zat-zat makananseperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral kemudian zat-zat tersebut diurai lagi menjadi lebih kecil agar dapat masuk ke aliran darah dan disebarkan keseluruh tubuh ternak. Seperti karbohidrat menjadi monosacharida, protein menjadi asam-asam amino, lemak menjadi asam-asam lemak, demikian pula pada vitamin dan mineral.
5.3.3 Penyerapan
            Penyerapan adalah proses dimana zat hasil pencernan ditransfer dari rumen alat pencernaan ke darah atau lymph. Zat yang diserap dibawa ke jaringan tubuh untuk degradasi, proses pembentukan atau untuk disimpan. Proses penyerapan dikenal ada tiga, yaitu : (1) Secara pasive, (2) dengan media carrier (carrier-mediated transport), (3) proses pinocytosis (transpor mater yang ada di lumen dalam vacuola ke mucoza sel).
5.3.4 Angka Manfaat
            Angka manfaat merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui berapa besar zat pakan yang dicerna dan diserap dapat dimanfaatkan untuk kepentingan metabolisme, pertumbuhan dan untuk reproduksi dan produksi. Setiap kandungan zat pakan dari berbagai bahan pakan mempunyai angka manfaat yang berbeda. Mislnya protein hewan dapat mencapai ngka manfaat 90% tetapi protein bakteri hanya mempunyai angka manfaat sebesar 60%. Berdasaekan fakta ini maka dalam menyusun ransum angka manfaat dari zat pakan berbagai bahan pakan sebaiknya menjadi pertimbangan.
5.4 Evaluasi Secara Ekonomi
            Pakan yang diberikan kepada ternak yangdikelolasecara orientasi laba (profit oriented) harus dievaluasi secara ekonomi. Artnya, apakah pakan tersebut dapat dirubah menjadi produk yang dapat memberikan keuntungan. Ada beberapa parameter (teslok ukur) yang dapat digunakan dalam menilai suatu ransum secara ekonomi, diantaranya adalah :
5.4.1 Perubahan Pakan (Feed Conversion)
            “Feed Conversion” artinya beberapa kilogram pakan yang dibutuhkan oleh suatu ternak dalam menghasilkan satu kilogram berat badan. Apabila “feed conversion” bernilai 2 artinya ternak tersebut membutuhkan 2 kilogram ransum untuk menghasilkan satu kilogram pertambahan berat badan.
5.4.2 Efisiensi Pakan
            Efisiensi pakan adalah jumlah produksi yangdihasilkan dibagi dengan bahan baku (ransum) dikalikan dnegan 100% atau pertambahan berat badan dibagi dengan jumlah pakan yang dimakan dikalikan dengan 100%. Itulah tatacara menghitung efisiensi pakan. Misalnya pertambahan berat badannya 0,5 kg dengan mengkonsumsi 2 kg  pakan maka efisiensi pakannya adalah :
   0,5      X 100% = 25%
2




0 komentar: